Pengorbanan Evelyn Untuk Aming
TABLOIDBINTANG.COM - Siapa yang menyangka, pernikahan Aming Supriatna dan Evelyn Nada Anjani goyah sebelum 1 tahun? Padahal pasangan ini mengawali pernikahan ini dengan tidak mudah. Aming yang terlihat feminin dan Evelyn yang terlihat lebih maskulin, membuat pernikahan mereka di bulan Juni 2016 penuh kontroversi.
Mereka menjalaninya dengan mesra, tak memedulikan tudingan dan cercaan orang kala itu. Tapi kini mereka memilih berpisah. Saat kami wawancarai secara eksklusif di kantor Tabloid Bintang Indonesia pada Oktober 2016 lalu, pasangan ini bercerita bagaimana hari-hari mereka saling beradaptasi sebagai pengantin baru.
Evelyn yang terlihat lebih kelaki-lakian berusaha bersikap lebih feminin. Di rumah seperti umumnya seorang istri, Evelyn menyiapkan makanan untuk Aming. Dia terjun langsung di dapur, sekalipun mereka memiliki pembantu rumah tangga. “Saya pasti harus selalu memasak untuk dia. Karena dia itu kalau yang namanya makanan, pemilih banget. Benar-benar harus sesuai lidah dia. Dia itu sukanya makanan-makanan Sunda. Seperti hari ini tadi bilang, mau dibuatkan cumi asin.”
Demi memuaskan lidah sang suami yang selera Indonesia banget, Evelyn rajin menelusuri resep-resep nusantara di media daring. “Masakan luar yang dia suka paling salad Jepang buatanku. Alhamdulilah sih, lidahnya cocok dengan masakan-masakan saya,” cerita Evelyn.
Perlahan, selama 5 bulan rumah tangga, Evelyn mulai merasakan perubahan pada diri Aming. Aming tadinya bukan laki-laki yang romatis. Sebagai laki-laki yang dari luar terlihat kemayu, menurut Evelyn di rumah dia justru orang yang keras. Tapi, setelah menikah beberapa bulan, menurutnya Aming sudah bisa lebih romantis.
“Maklum dia kan enggak pernah pacaran sebelumnya. Kali pertama menempel sama seseorang, ya dengan saya. Banyak hal-hal awalnya dia enggak tahu. Saya ini penginnya romantis, cewek banget. Dia enggak tahu bagaimana caranya romantis mulanya, enggak terbiasa. Tadinya cenderung cuek. Tapi kini romantis banget,” cerita Evelyn pada Tabloid Bintang Indonesia Oktober 2016.
(val/ray)