The Giver: Dilarang Bilang Cinta
TABLOIDBINTANG.COM - ANDAI kenyataan tak sesuai harapan, Anda akan menghadapinya atau memilih untuk tidak tahu?
The Giver, mengambil setting tahun 2048. Dikisahkan setelah sebuah perang berakhir, ingatan seluruh penduduk dihapus. Setiap penduduk lantas mendapat injeksi setiap hari, yang berfungsi mematikan emosi dan perasaan. Karenanya, hidup terasa damai.
Tidak ada amarah atau kebencian. Sebaliknya, tidak ada pula rasa cinta kasih. Kata "cinta" dilarang diucapkan. Interaksi sehari-hari berlangsung kaku dan datar.
Setiap generasi, dipilih seorang receiver of memory (penerima memori). Orang ini berhak mengetahui sejarah dan realita yang tak diketahui penduduk lainnya. Jonas (Brenton Thwaites), terpilih sebagai sang penerima. Dia mendapat ingatan dan kenangan dari receiver of memory generasi sebelumnya, The Giver (Jeff Bridges).
Kedekatan Jonas dengan The Giver, menciptakan ikatan yang kuat. Semakin banyak memori yang diketahui Jonas, semakin kuat pula keinginannya untuk membangkang dari pemerintahan yang dipimpin Tetua (Meryl Streep). Diam-diam, Jonas mengelak mendapat injeksi harian.
Ini membuat Jonas digelanyuti perasaan-perasaan yang tak pernah ia alami sebelumnya pada gadis yang menjadi temannya sejak kecil, Fiona (Odeya Rush). Jonas semakin tertantang memberontak setelah terjadi suatu hal pada adiknya yang masih bayi. Tetua yang mengetahui gelagat Jonas pun tak tinggal diam.
***
Diangkat dari novel berjudul sama karya Lois Lowry, The Giver merupakan sajian fiksi ilmiah dengan unsur drama yang kental. Menampilkan kehidupan masyarakat yang mati rasa, menonton sutradara Phillip Noyce ini saya ikut mati rasa.
Karakter Jonas yang sudah diberikan memori, di tangan Thwaiter, tak menunjukkan perubahan berarti dibanding sebelumnya. Bukankah Jonas seharusnya lebih emosional?
Masalah lain, konflik dalam film yang naskahnya ditulis Michael Mitnick dan Robert W. Weide tidak fokus. Niatannya mungkin membagi adil kisah cinta Jonas dengan Fiona dan kasih sayang Jonas pada adiknya yang masih bayi.
Pada akhirnya, dua problema ini tidak tereksplor dengan maksimal. Kehadiran Taylor Swift pun tak mampu menyelamatkan film berdurasi 97 menit ini.
(ray/gur)