Apa Itu Operasi Lasik pada Mata? Apa Saja yang Harus Diperhatikan Sebelum Melakukannya?
TABLOIDBINTANG.COM - Hedi Yunus (48) pekan lalu menjalani operasi lasik. Dalam sesi wawancara dengan Bintang, vokalis Kahitna mengaku memakai kacamata sejak kelas 2 SMP.
Terakhir, Hedi memeriksakan kesehatan mata semester pertama tahun ini. Hasilnya, mata kanan dan kiri plus 1,5.
Fakta lain, mata kanan Hedi minus 1,75 dan kiri minus 0,75 sekaligus silinder 2,75.
“Jadi yang lebih lemah untuk melihat jauh, mata kiri. Saya ingin membuka kacamata namun dalam jarak beberapa meter tidak bisa melihat orang,” aku pelantun “Suratku”. Hedi kemudian membuat keputusan besar. Ia menjalani operasi lasik.
Apa operasi lasik itu? Apa saja yang harus diperhatikan sebelum melasik mata? Untuk menjawab pertanyaan itu kami menemui dr. Bambang Triwiyono, Sp.M., dari Ciputra SMG Eye Clinic, Jakarta.
Bambang menjelaskan, lasik adalah tindakan laser pada mata seseorang untuk mengurangi kelainan refraksi (berupa minus, silinder, dan plus). Teknologi lasik mulai berkembang sejak 30 tahun lalu. Hasilnya sangat presisi. Yang lebih mencengangkan, dapat sembuh dalam tempo 24 jam. Lasik, kata Bambang, kali pertama ditemukan pada 1949.
“Kala itu, kita mengenal teknologi Microkeratome. Yakni, presisi instrumen bedah dengan pisau berosilasi yang dirancang untuk membuat flap kornea dalam operasi lasik. Mata dikurangi ketebalannya sehingga kelengkungan kornea mata berubah. Intinya, mengubah titik fokus agar tepat pada retina,” terang Bambang ditemui Senin (24/10).
Dalam operasi lasik, hanya ada satu tahap. Namun sebelum operasi dilakukan, ada sejumlah pemeriksaan yang harus dilalui.
Pertama, mengecek kelainan refraksi untuk mengetahui apakah mata pasien minus tinggi, sedang, atau ringan. Kedua, memeriksa segmen anterior (bagian depan mata). Ketiga, mengecek retina mata. Tujuannya, mengetahui kemampuan ketajaman penglihatan.
Keempat, pemeriksaan topografi kornea mata (kornea pakimetri-red), yakni prosedur yang digunakan untuk menentukan ketebalan kornea mata, menggunakan USG. Tujuannya, mengetahui ketebalan kornea mata seseorang. Jika ketebalan kornea di bawah 500 mikron (1000 mikron setara dengan 1 milimeter) maka Anda tidak dianjurkan menjalani lasik.
“Sisa ketebalan kornea setelah menjalani lasik harus tak kurang dari 250 mikron,” Bambang menukas.
Jika nekat, maka pasien akan mengalami risiko berbahaya. Salah satunya, ektasia (kornea melar) meskipun, risiko tersebut sangat jarang ditemukan pada ras Asia.
(wyn/gur)