Serial “Abad Kejayaan” Dalam Kacamata Ulama NU

Tubagus Guritno | 22 Januari 2015 | 23:22 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - TAMPILAN berbeda terlihat dalam lanjutan serial fiksi “Abad Kejayaan” di ANTV.

Kupasan sederhana mengenai  nilai-nilai yang menarik untuk pemirsa dalam cerita Abad Kejayaan disampaikan oleh ulama PBNU yang diwakili Lembaga Dakwah Nahdatul Ulama.

Salahsatunya yang disampaikan oleh Ketua Lembaga Dakwah PBNU, KH Zakky Mubarak MA yang memberikan kupasan ringkas pertama kali di penutup Abad Kejayaan.

Paparan ringkas hikmah cerita Abad Kejayaan muncul sejak Kamis (22/1) malam pada episode 24  melalui filler penutup serial tersebut dan akan muncul berbeda pada setiap episodenya.

Menurut Kyai Zakky, ketika dihubungi usai syuting filler, apa yang digambarkan serial “Abad Kejayaan” sebagian besar adalah apa yang terjadi pada sejarah perjalanan Islam di dunia.

“Kalau mengganggap tidak sesuai dengan sejarah Islam, sejarah Islam yang mana? Ya itulah salah satu peradaban dan kerajaan Islam di belahan dunia mana pun. Silakan pelajari sejarah Islam dunia secara menyeluruh.,” kata Kyai Zakky.

Jangankan di Turki (Kekaisaran Ottoman/Kesultanan Ustmaniyah) kata Kyai Zakky, di Arab Saudi saja, setelah era Khulafaur Rasyidin (kekhalifahan Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib) pemerintahan Islam berubah menjadi kerajaan. Kekuasaan diwariskan secara turun temurun.

“Seorang khalifah pada masa Khulafaur Rasyidin, tidak pernah bertindak sendiri ketika negara menghadapi kesulitan, selalu bermusyawarah dengan pembesar-pembesar yang lain. Sedangkan setelah era sesudahnya sering bertindak otoriter,” ujar Kyai Zakky.

Ulama kelahiran Cirebon, 20 Februari 1950 itu juga menambahkan bahwa fenomena perbudakan, selir, raja punya banyak wanita pendamping, adalah sesuatu yang wajar pada banyak kerajaan, termasuk kerajaan Islam.

“Jangan dikaitkan atau melihatnya dengan kacamata zaman sekarang,” tandasnya.

Kyai Zakky juga mengimbau kepada pihak-pihak yang merasa berkeberatan dengan “Abad Kejayaan” agar melihatnya dari sisi karya seni yang selalu dibumbui berbagai hal agar menarik perhatian.

Hal senada juga disampaikan Sekjen PBNU Marsudi Syuhud yang mengajak masyarakat mengambil hikmah dari serial ini, serta tetap bisa membedakan antara cerita sejarah dengan cerita fiksi.

**
Selain respon dari ulama NU, Korps Muballigh Jakarta (KMJ) yang sempat meminta penjelasan ANTV juga merespon positif upaya ANTV dalam membenahi dan mengawasi programnya melalui swa-sensor (self censorship) visual, dialog, dan adegan agar sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Indonesia.

“Dari penjelasan tersebut, kami menilai manajemen telah berusaha melakukan segala hal yang diperlukan agar tayangan ini sesuai dengan nilai-nilai pemirsa di Indonesia,” ujar Ketua Umum KMJ KH Muhammad Shobari.

Pada episode-episode awalnya, cerita fiksi serial Abad Kejayaan mencoba memperkenalkan figur-figur yang muncul dalam cerita, termasuk keberadaan pendamping-pendamping Raja Suleiman yang di antaranya berasal dari wilayah taklukannya.

Cerita serial ini kemudian akan berkembang pada season lanjutannya ke depan dengan lebih banyak menghadirkan nuansa drama rumah tangga dengan latar belakang menggambarkan semangat Sultan melakukan pembebasan banyak negara dalam rangka dakwah.

“Kami melihat ANTV telah berusaha menjaga figur Raja Suleiman dalam tayangannya, sehingga memang terlihat lebih baik dibandingkan yang kami saksikan di youtube”, tambah Kyai Shobari.

Sekretaris KMJ Miftah Mahfud menambahkan, film Abad Kejayaan yang ditayangkan ANTV memang berbeda dibandingkan yang ada di youtube atau DVD bajakan yang diperjualbelikan dengan bebas. Perbedaan dimungkinkan karena proses sensor dilakukan manajemen dengan ketat dan hati-hati.

Kendati demikian, lanjut Shobari, KMJ berharap ANTV ke depan tetap lebih berhati-hati dalam memilih dan menayangkan program untuk ditayangkan. Sebaiknya ada pengawasan yang ketat bagi tiap program sebelum ditayangkan.

(gur/gur)

Penulis : Tubagus Guritno
Editor: Tubagus Guritno
Berita Terkait