New Age Of Lasem, Karya Patricia Andriani ke Indonesische Culturele Maand

Tubagus Guritno | 28 Februari 2020 | 19:56 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Siapa bilang batik identik dengan kondangan, acara formal, dan suasana kaku. Perancang busana Patricia Andriani salah seorang yang ingin mendobrak pakem tersebut.

Diakui perempuan kelahiran Jakarta 4, April 1994 itu, banyak anak muda masih enggan mengoleksi batik karena merasa kain itu hanya bisa digunakan dalam acara tertentu.

"Anak muda jangan ragu pakai batik untuk acara kasual. Ada tiga hal yang perlu diperhatikan saat memilih batik. Pertama, warna. Yang cocok untuk anak muda yakni warna alami sekaligus netral seperti hitam, cokelat senada kulit, maroon, dan hijau lumut. Kedua, motif," ungkap Patricia Andriani kepada tabloidbintang.com Jumat (28/02/2020) di kawasan Cikini, Jakarta Pusat.

Patricia Andriani mempelajari desain busana di Nanyang Academy of Fine Arts (NAFA) Singapura. Setelah meraih gelar S1 pada 2016, Patricia kembali ke Indonesia dan menekuni bisnis mode dengan merek atas namanya sendiri.

Kini memasuki tahun ketiga kiprahnya di dunia fashion, kali ini dia berpartisipasi untuk membawa karyanya ke ajang Pameran budaya Indonesische Culturele Maand yang berlangsung di kota Best, Belanda pada April 2020 ini. 

Pameran yang diselenggarakan oleh Stichting (Yayasan) Hibiscus ini mengangkat tema "Lasem The Forgotten Heritage" dengan menampilkan budaya Lasem yang hampir dilupakan. 

Sebagai perancang muda yang menekuni batik Lasem pada karya-karyanya, Patricia Andriani kali ini menampilkan koleksi batik lasem untuk para traveler atau pelancong. Hai ini akan membuka era baru bagi batik Lasem yang bukan hanya dikenakan pada atara-acara formil namun juga menjadi busana trendy ketika kita melakukan perjalanan.

"Siluet loose fitting pada konsep traveler yang saya angkat kali ini membuat kesan nyaman. Sesuai dengan kebutuhan para traveler yang menginginkan busana santai. Sentuhan desain asimetris dan tabrak motif tetap ada sesuai dengan identitas desain dari Patricia Andriani. Hal ini memberikan kesan modern dari kain batik Lasem yang klasik,” jelas Patricia. 

Bahan yang digunakan pada koleksi ”New Age of Lasem” ini memadukan batik katun, iurik dan kain semi wool yang memberikan kesan hangat.

”Kami sebagai penyelenggara Indonesische Cultureie Maand senang sekali kedatangan perancang muda seperti Patricia Andriani pada acara ini, apalagi membawa budaya Lasem yang hampir dilupakan terbang ke Negeri Belanda dengan konsep baru,” kata ine WawoRuntu, ketua dan pendiri Stichting Hibiscus.

”Saya berharap jumlah perancang muda seperti Patricia Andriani, yang memiliki passion kepada Batik Lasem akan semakin banyak jumlahnya. Karena hal ini akan membantu upaya pelestarian Batik Lasem yang semakin dilupakan.” Kata Diana Damayanti, Penulis dan Pecinta Batik Lasem. 

Pameran budaya ini akan diisi dengan berbagai kegiatan seperti pameran kerajinan indonesia, fashion show, talkshow hingga lomba membatik yang terbuka untuk kalangan umum.

Penulis : Tubagus Guritno
Editor : Tubagus Guritno