3 Salah Kaprah Perawatan Estetika Pemicu Facial Overfilled Syndrome

Panditio Rayendra | 17 Juli 2019 | 08:30 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Menjalani perawatan kecantikan menggunakan botoks, filler, atau ultherapy boleh saja. Namun terlalu sering menyuntikkan filler menimbulkan sejumlah risiko yang tak diinginkan. Para dokter estetika sepakat menyebut perubahan wajah asli akibat terlalu banyak suntik filler sebagai Facial Overfilled Syndrome (FOS). Hal ini terungkap dalam gelar wicara bersama pendiri Jakarta Aestethic Clinic, dr. Olivia Ong, Dipl, AAAM di Jakarta, belum lama ini. Menurut Olivia, FOS dipicu oleh banyak faktor.

Pertama, mayoritas kaum hawa memandang wajah mereka dua dimensi. Setelah itu perempuan berkeliling ke klinik estetika untuk mencapai standar kecantikan yang mereka tetapkan sendiri.

“Yang harus dipahami, wajah manusia itu bukan 2 melainkan 3 dimensi plus ekspresi, jadi 4 dimensi,” ujar Olivia Ong kepada tabloidbintang.com. Kedua, mayoritas perempuan terpaku pada standar dari luar negeri. Seperti diketahui, hidung dan bibir Angelina Jolie hingga kini masih menjadi impian mayoritas perempuan sejagat.

Terkait hal ini Olivia mengingatkan, struktur wajah perempuan Asia dan bule (kaukasia) sangat beda. “Tapi karena ekspos terhadap figur publik Hollywood sangat tinggi, maka saat bicara bibir seksi orang langsung memikirkan Angelina Jolie. Padahal, bentuk bibir wanita Asia dan bule beda. Bule bibir atasnya lebih tipis ketimbang bawah. Perbandingannya atas 1, bawah bisa 1,6. Kalau Asia beda lagi. Kenapa kaukasia terlihat pantas saja memiliki bibir ala Angelina Jolie? Karena struktur muka mereka panjang,” beri tahu Olivia Ong.

Ketiga, mayoritas perempuan Asia mendamba wajah simetris sebagai manifestasi kecantikan sempurna. Pada umumnya wajah dibagi tiga yakni atas, tengah, dan bawah. Saat hendak menjalani perawatan estetika, ketiga bagian wajah ini akan dicek kemudian dilihat pula penampakan dari depan. Tujuannya bukan untuk menbuat struktur wajah bagian kiri dan kanan menjadi simetris. Bagian wajah yang asimetris ini, kata Olivia Ong, jika tak dirawat kekencangan kulitnya akan melorot. 

“Jadi yang perlu diluruskan di sini, bagian kanan dan kiri wajah bukan twins melainkan sisters. Kalau dipaksa jadi simetris alias twins maka wajah tampak membosankan. Akhirnya seluruh dokter estetika sepakat bahwa wajah bisa dirawat tanpa kehilangan identitas aslinya. Untuk mencapai hasil yang seperti ini harus dirawat di klinik yang tepat,” Olivia Ong mengulas. Salah kaprah ini yang membuat wanita kerap terjebak pada standar kecantikan yang keliru. Akibatnya hasil akhir perawatan estetika tidak seperti yang diharapkan.


Olivia Ong melanjutkan, perawatan estetika seumpama meracik nasi goreng. Sebelum memasak, pastikan ada nasi bekas kemarin, bawang merah, bawang putih, cabai, telur, lada, dan garam tapi jangan kebanyakan garam. Pun saat hendak memulai perawatan estetika pastikan bahwa Anda memiliki pengetahuan anatomi yang mendalam, memahami konsep penuaan seutuhnya, tahu apa itu ulteraphy, botoks, filler, dan ditangani oleh ahli. Tapi jangan kebanyakan fillernya.

Lebih lanjut Olivia Ong mengingatkan bahwa FOS terjadi perlahan dan tidak disadari oleh pasien. “Pada pasien muda, FOS tidak terlihat sampai ia tersenyum. FOS membuat senyuman melampaui garis wajah yang sebenarnya. Pada pasien yang lebih senior, pipinya keberatan alias pillow face. Atau garis senyumnya lebih dalam dan matanya seperti tergencet. Sering kali orang menjalani perawatan dengan filler hanya untuk bagian tengah wajah yakni bawah mata, garis senyum, dan pipi. Kita mestinya melihat wajah secara keseluruhan,” pungkasnya.

(ray / ray)

Penulis : Panditio Rayendra
Editor : Panditio Rayendra