Yang Harus Dilakukan setelah Divonis Kanker Payudara Stadium 1
TABLOIDBINTANG.COM - Mayoritas kasus kanker payudara terdeteksi saat kondisinya lanjut, yakni stadium 3 ke atas. Yang terdeteksi di stadium 1 hanya belasan persen. Stadium 2 menuju 3 sekitar 20 persen.
Selebihnya stadium akhir yang ditandai dengan bentuk payudara yang tak lagi simetris, luka, serta mengeluarkan cairan dan bau menyengat. Padahal, mendeteksi sel kanker bisa dilakukan dengan dua langkah sederhana: periksa payudara sendiri (Sadari) dan periksa payudara klinis (Sadanis).
Meski Sadari mudah dilakukan, mengapa jumlah kasus kanker payudara stadium lanjut tetap tinggi?
Spesialis Bedah Onkologi dari RSUP Fatmawati Jakarta Selatan, dr. M. Yadi Permana SpB (Onk) menyebut setidaknya ada 3 faktor penyebab. Pertama, informasi yang salah. Keluarga atau sahabat sering menyarankan pasien kanker agar tidak langsung berkonsultasi dengan dokter.
“Mereka bilang, '(Kalau ke dokter) nanti kamu dibiopsi sehingga sel-sel kanker malah menyebar. Datangi orang pintar dulu saja.' Kedua, penyangkalan. Mayoritas pasien saya berpendidikan tinggi dan kondisi ekonomi mereka mampu. Namun tak bisa menerima kenyataan mengidap kanker. Ketiga, setelah kanker dinyatakan 100 persen terkontrol, pasien kembali ke pola hidup lama yang kurang sehat,” terang Yadi di Jakarta, pekan lalu.
Akibatnya, sel-sel kanker yang telah terkontrol punya celah untuk menyerang dengan lebih agresif. Meski pengobatan telah selesai, pasien semestinya tetap setia pada pola hidup sehat dan istirahat cukup. Sementara bagi yang baru divonis kanker payudara stadium 1, jangan patah semangat. Saat sel kanker ditemukan lebih awal, peluang pulih di atas 90 persen. Namun ada beberapa hal yang harus diperhatikan.
“Pertama, pastikan penentuan stadium kanker melewati pemeriksaan fisik yang dibuktikan dengan pemeriksaan patologi anatomi dan pemeriksaan penunjang seperti rontgen, USG, dan lain-lain. Kedua, jangan hanya puas mengetahui stadium. Anda harus mencari tahu subtipe kankernya. Subtipe kanker bisa diketahui lewat pemeriksaan imunohistokimia,” sambung dia.
Yadi menjelaskan, imunohistokimia adalah pemeriksaan dengan mengambil jaringan tumor di payudara pasien lalu menganalisisnya berdasarkan 4 elemen: reseptor estrogen, reseptor progesteron, HER2, dan Ki-67. Hasilnya memandu pasien untuk mengetahui subtipe kanker yang bersarang di payudara. Ada 4 subtipe yakni luminal A, luminal B, luminal HER2, dan tripel negatif. Tipe luminal lebih mudah ditangani.
“Ketiga, setelah mengetahui subtipe, pastikan metode pengobatannya. Tak semua subtipe harus ditangani dengan kemoterapi, kecuali tripel negatif. Untuk hasil lebih komprehensif, saya menyarankan pemeriksaan MammaPrint untuk mengecek DNA, seberapa bagus kondisi payudara jika dikemoterapi, dan seberapa tinggi persentase kambuh. Namun biaya pemeriksaan ini tinggi, mencapai 30 juta rupiah,” Yadi memaparkan.
(wyn / gur)
-
Peristiwa
Sejak 18 Oktober Kasus Gangguan Ginjal Akut pada Anak Terus Menurun
RedaksiSenin, 7 November 2022 -
Gaya Hidup
Teknologi Makin Canggih, Midea Luncurkan Robot Pembantu Ibu Rumah Tangga
RedaksiSenin, 7 November 2022 -
-
-
Gaya Hidup
Aktivitas Padat Bikin Kaum Milenial Abai dengan Imun Tubuh
RedaksiJumat, 4 November 2022 -
-
Gaya Hidup
Indonesia Fitness Summit 2022, Dorong Kesadaran Masyarakat untuk Berolahraga
RedaksiSelasa, 1 November 2022 -
Peristiwa
200 Vial Fomepizole Tiba di Indonesia, Didistribusikan ke Seluruh Rumah Sakit Rujukan
RedaksiSenin, 31 Oktober 2022 -
Gaya Hidup
Mengenal Erotomania Syndrome, Halusinasi Akan Cinta
Vallesca SouisaMinggu, 30 Oktober 2022