Selain Genetik, Ini Penyebab Bayi Terlahir dengan Bibir Sumbing

Romauli Gultom | 16 Juli 2019 | 17:10 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Keberadaan anak dengan bibir dan lelangit sumbing disebut sebagai salah satu beban masalah kesehatan yang kadang terabaikan. Selain faktor genetik, ada banyak pemicu lainnya yang membuat ibu hamil melahirkan bayi dengan bibir sumbing. Apa saja?

Berdasarkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebanyak satu dari 500-700 bayi baru lahir mengalami kelainan bibir dan lelangit sumbing. Bahkan, diperkirakan di Indonesia terdapat 5800 bayi lahir dengan bibir dan lelangit sumbing.

Menurut Kepala Unit Pelayanan Khusus Cleft and Craniofacial Center RSCM-FKUI, dr. Kristaninta Bangun, SpBP-RE (KKF), bibir dan lelangit sumbing adalah termasuk kelainan kraniofasial yang penyebabnya multifaktorial.

“Kelainan ini terjadi akibat kegagalan pembentukan bibir dan lelangit pada minggu ke 4 hingga ke-6 masa kehamilan. Akibatnya, terdapat celah pada bibir dan lelangit sang bayi,” jelas dr. Kristaninta Bangun dalam gelaran Cleft and Craniofacial Awareness and Prevention Month di RSCM, Jakarta, belum lama ini.

Ia menjelaskan, untuk kelainan bawaan itu akan terjadi pada trimester pertama kehamilan. Tak hanya itu, penyebab lainnya juga bisa dari asupan gizi,  kekurangan asam folat, vitamin, dan paparan polusi atau pun rokok.

“Hindari juga mengonsumsi obat-obatan yang merusak pembentukan bagian tubuh seperti obat jerawat dan obat epilepsi saat hamil. Karena itu bisa menjadi penyebab terjadinya bibir sumbing,” ungkapnya.

Faktor penyebab lainnya, lanjutnya, adalah genetik. Kemungkinannya 5 persen. Misalnya dari orang tua atau kakeknya yang mengalami bibir sumbing, kemungkinan anak yang dilahirkan juga mengalami.

Sebagai langkah penanganan yang tepat, dr. Luh Wahyuni, SpKFR (K) menghimbau agar orang tua dan masyarakat dapat mengenali sejak dini bagaimana menangani bibir sumbing.

“Agar penderita bibir dan lelangit sumbing bisa mendapat akses ke pelayanan kesehatan yang efektif sejak dini untuk mendapatkan hasil yang baik, tidak hanya secara estetika namun fungsional, sehingga dapat menjadi masyarakat yang lebih produktif,” papar dr. Luh Wahyuni.

Oleh karena itu, bertepatan dengan bulan Juli sebagai bulan kepedulian bibir dan lelangit sumbing, maka CCC RSCM-FKUI menggelar Cleft and Craniofacial Awareness and Prevention Month yang bertajuk “Berbagi Senyum untuk Generasi Penerus Bangsa”.

Kegiatan ini meliputi peluncuran booklet Perawatan Pascaoperasi Bibir dan Lelangit Sumbing, leaflet Pentingnya Menjaga Kesehatan Rongga Mulut, peluncuran Program Pengampuan Cleft and Craniofacial Center di daerah, sosialisasi di Car Free Day, dan seminar Comprehensive Cleft Care untuk dokter umum. CCC RSCM-FKUI sendiri merupakan pusat pelayanan multidisiplin untuk penatalaksanaan bibir dan lelangit sumbing serta kelainan kraniofasial lainnya.

“Kami berharap kegiatan ini dapat meningkatkan pengetahuan dan kewaspadaan masyarakat terhadap bibir dan lelangit sumbing. Sehingga, bukan lagi menjadi momok yang menakutkan bagi masyarakat. Agar dapat meningkatkan kualitas hidup anak serta mengukir senyuman dan harapan untuk masa depan yang lebih baik,” tutup dr. Lies Dina Liastuti, SpJP, MARS, selaku Direktur Utama RSUPN Cipto Mangunkusumo. 

Penulis : Romauli Gultom
Editor : Romauli Gultom