Pria Usia 40 Tahun ke Atas, Waspadai Kekurangan Hormon Testosteron
TABLOIDBINTANG.COM - PT Bayer Indonesia sebagai perusahaan global berbasis Life Science berkomitmen untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat terkait kesehatan. Dalam kesempatan Men’s International Day, Bayer menghadirkan narasumber Dr. Nugroho Setiawan, MS, Sp.And, Dokter spesialis bidang Andrologi untuk memberikan informasi mengenai hubungan antara kekurangan hormon testosteron dengan sindrom metabolik serta manfaat terapi sulih hormon testosteron untuk memutus rantai hubungan tersebut.
Data dari sebuah studi menunjukkan bahwa terdapat 38,7% pria dengan usia di atas 45 tahun memiliki kadar testosteron kurang dari kadar normal, yaitu kurang dari 300 nanogram/desiliter (ng/dL)1.
Dr. Nugroho Setiawan, MS, Sp.And mengungkapkan, kekurangan hormon testosteron banyak terjadi pada pria usia 40 tahun ke atas. Dimulai dari usia 30 tahun akan terjadi penurunan hormon testosteron seiring bertambahnya usia yang mengakibatkan terjadi penurunan kadar hormon testosteron dalam tubuh seorang pria. Penurunan ini sekitar 2 – 3% per tahun. Maka di usia 40 tahun kadar testosteron menjadi sekitar 65 – 70% dan pada usia 60 tahun ke atas sekitar 45 – 50% dari usia 25 tahun.
Banyak pria yang mengalami kekurangan hormon testosteron tidak menyadarinya. Menurut Dr. Nugroho deteksi awal kekurangan hormon testosteron dapat dilakukan dengan memperhatikan gejala. Berdasarkan ADAM questionnaire, pria harus waspada terhadap gejala berikut ini: penurunan dorongan seksual, lemas/kurang tenaga, gaya tahan/kekuatan fisik menurun, tinggi badan berkurang, kenikmatan hidup menurun, mudah kesal/marah, disfungsi ereksi, penurunan kemampuan olahraga, sering mengantuk/tertidur sesudah makan malam, juga penurunan prestasi kerja
Jika mengalami gejala No.1 atau No.7 atau tiga gejala lain, pria tersebut mungkin kekurangan hormon testosteron. “Pria yang mengalami gejala – gejala kekurangan hormon testosteron harus segera berkonsultasi dan memeriksa kadar testosteronnya untuk mendapatkan terapi sulih hormon, sehingga kualitas hidup juga menjadi lebih baik,” kata Dr. Nugroho.
Dr. Nugroho menjelaskan, tujuan terapi sulih hormon testosteron adalah untuk mengembalikan kadar testosteron ke tingkat normal. Penelitian membuktikan bahwa terapi sulih hormon testosteron dapat memperbaiki setiap komponen sindrom metabolik 3-4. "Banyak pasien yang saya berikan injeksi testosteron jangka panjang mengalami penurunan lingkar pinggang, penurunan berat badan, perbaikan gula darah, serta perbaikan lemak darah," jelasnya.
Rendahnya hormon testosteron dapat meningkatkan risiko berbagai gangguan kesehatan, termasuk gangguan psikologis, gangguan metabolik, gangguan kardiovaskular, gangguan seksual, permasalahan fisik, serta risiko kematian yang lebih tinggi.
-
Peristiwa
Sejak 18 Oktober Kasus Gangguan Ginjal Akut pada Anak Terus Menurun
RedaksiSenin, 7 November 2022 -
Gaya Hidup
Teknologi Makin Canggih, Midea Luncurkan Robot Pembantu Ibu Rumah Tangga
RedaksiSenin, 7 November 2022 -
-
-
Gaya Hidup
Aktivitas Padat Bikin Kaum Milenial Abai dengan Imun Tubuh
RedaksiJumat, 4 November 2022 -
-
Gaya Hidup
Indonesia Fitness Summit 2022, Dorong Kesadaran Masyarakat untuk Berolahraga
RedaksiSelasa, 1 November 2022 -
Peristiwa
200 Vial Fomepizole Tiba di Indonesia, Didistribusikan ke Seluruh Rumah Sakit Rujukan
RedaksiSenin, 31 Oktober 2022 -
Gaya Hidup
Mengenal Erotomania Syndrome, Halusinasi Akan Cinta
Vallesca SouisaMinggu, 30 Oktober 2022