Antara Diabetes, Indeks Glikemik, dan Pola Makan Selama Ramadhan

aura.co.id | 23 April 2020 | 18:30 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Ada beberapa hal yang mesti diingat pasien diabetes agar tetap bisa menjalankan ibadah puasa Ramadhan.

Prof. DR. dr. Ketut Suastika, SpPD-KEMD, mengingatkan, selama puasa, pasien diabetes tidak mengonsumsi apa pun dari pagi hingga sore. Karenanya ia rentan mengalami hipoglikemik. Untuk mengantisipasi hal ini, pasien diabetes wajib mengonsumsi obat. Obat ini, kata Ketut, memengaruhi kadar gula darah di tubuh.

“Pada hari biasa, obat diminum pagi. Selama puasa, saya sarankan mengonsumsi obat pada malam hari dan dosisnya dikurangi dengan pengawasan dokter tentunya,” beber Ketut kepada tabloidbintang.comdi Jakarta, belum lama ini. Sementara untuk sahur, pasien diabetes harus bersiasat. Nasi tidak perlu dikurangi karena dari pagi ke sore, ia tidak mengonsumsi makanan sama sekali. Hanya, porsi makanan harus diatur berdasarkan kondisi fisik pasien.

Mengonsumsi nasi putih tidak masalah, asal memperhatikan porsi dan indeks glikemiknya. Salah kaprah yang kerap terjadi di masyarakat kita, makanan dengan indeks glikemik tinggi dikonsumsi sedikit. Untuk makanan dengan indeks glikemik rendah, dikonsumsi sebanyak-banyaknya. Ini keliru.

“Untuk makanan dengan indeks glikemik tinggi meski cepat menaikkan kadar gula darah tapi jika makannya sedikit, tidak masalah. Kalau bahan pangan yang Anda santap indeks glikemiknya rendah lalu Anda makan banyak, ya sama saja,” Ketut menyambung.

Ia menambahkan, orang dengan bobot normal butuh 30 kalori per kilogram berat badan. Sementara mereka yang obesitas sebaiknya mengasup 20 kalori per kilogram berat badan. Dari total kebutuhan kalori harian, 50 persen di antaranya biasanya dipenuhi oleh karbohidrat. Hal lain yang diluruskan Ketut, anggapan diabetes juga mengenal stadium.

“Tidak ada stadium dalam diabetes. Kalau penentuan stadium pada diabetes didasarkan pada lamanya menderita, tidak juga,” pungkas Ketut.

Penulis : aura.co.id
Editor : aura.co.id