Benarkah Ada Kaitan Antara Jenis Bakteri di Usus dengan Tempramen Bayi?

Rizki Adis Abeba | 19 Juni 2019 | 23:45 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Sebuah studi terbaru dari Universitas Turku, Finlandia, menemukan hubungan yang menarik antara komposisi mikrobioma usus bayi pada usia 10 minggu dengan perkembangan sifat temperamen bayi pada usia enam bulan. Penelitian ini tidak menunjukkan hubungan sebab-akibat, namun menambah bukti kuat yang mengaitkan bakteri usus dengan suasana hati dan perilaku bayi.

Studi terhadap 303 bayi ini dilakukan dengan mengumpulkan sampel tinja bayi pada usia dua setengah bulan. Setelah bayi memasuki usia enam bulan para ibu diminta mengisi kuesioner untuk mengevaluasi perilaku dan temperamen anak. Hasilnya menunjukkan, semakin beragam jenis mikroba yang terdapat di usus bayi ketika berusia dua setengah bulan, maka semakin rendah rasa takut dan emosi negatif yang ditunjukkan oleh bayi setelah berusia enam bulan.

"Sangat menarik, misalnya, genus Bifidobacterium dan beberapa bakteri asam laktat ternyata terkait dengan emosi positif yang lebih tinggi pada bayi," kata Anna Aatsinki, salah satu penulis utama dalam penelitian ini. "Emosi positif pada bayi adalah kecenderungan untuk mengalami dan mengekspresikan kebahagiaan dan kegembiraan, dan itu juga bisa menjadi tanda kepribadian yang ekstrovert di kemudian hari," lanjut Anna Aatsinki.

Lebih detail lagi, penelitian ini didasarkan pada beberapa asosiasi spesifik antara jenis bakteri tertentu dengan temperamen bayi. Jumlah Bifidobacterium dan Streptococcus yang tinggi, dan Atopobium yang rendah, ternyata berkaitan dengan emosi positif pada bayi. Sementara emosi negatif dikaitkan dengan bakteri Erwinia, Rothia, dan Serratia. Sedangkan rasa ketakutan ditemukan secara khusus terkait dengan peningkatan jumlah bakteri Peptinophilus dan Atopobium.

Para peneliti mengingatkan bahwa temuan ini hanyalah pengamatan asosiasional dan tidak ada hubungan sebab akibat. "Meskipun kami menemukan hubungan antara keragaman mikrobioma dan sifat serta temperamen bayi, kami tidak memastikan apakah keragaman mikroba awal (di usus bayi) mempengaruhi risiko penyakit di kemudian hari," kata Anna Aatsinki. 

"Juga tidak jelas apa mekanisme yang tepat di balik hubungan tersebut. Inilah mengapa kita perlu penelitian lanjutan serta pemeriksaan lebih dekat dari metabolit yang dihasilkan oleh mikroba," tandas Anna Aatsinki. 

(riz)

Penulis : Rizki Adis Abeba
Editor : Rizki Adis Abeba