5 Kesalahan Pola Asuh yang Tanpa Disadari Dilakukan Ibu Milenial

Rizki Adis Abeba | 11 September 2019 | 04:00 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Saat ini sebagian besar generasi milenial yang lahir pada periode 1980-1994 sudah berubah status menjadi ibu. Menurut data Biro Sensus AS pada April 2018, satu dari 5 ibu di dunia adalah milenial. Berbeda generasi, berbeda pula pola asuh yang diterapkan terhadap anak-anak.

Kemudahan cara mengakses informasi membuat ibu milenial lebih terbuka terhadap hal-hal baru, termasuk tentang cara mengasuh anak. Ibu milenial juga mulai mencari cara memperbaiki kekurangan pola asuh generasi sebelumnya, misalnya mulai mengganti metode helicopter parents yang terlalu banyak ikut campur menjadi drone parents yang cukup memantau dari kejauhan.

Tentu saja tidak ada generasi yang sempurna. Ibu milenial juga punya kekurangan. Menurut psikolog anak Vera Itabiliana Hadiwidjojo, di balik kelebihan ibu milenial, ada beberapa kesalahan yang tanpa disadari sering mereka lakukan serta berdampak pada kehidupan mereka dan anak-anak.

1. Tidak menyaring informasi

Dengan kemudahan memperoleh informasi, tantangan terbesar ibu milenial adalah menyaring informasi yang benar dan baik diterapkan. “Karena terlalu banyak informasi, terkadang ibu kewalahan. Kadang ibu lupa, tidak semua hal bisa dan tepat diterapkan untuk anak. Sebelum menerapkan metode apa pun dalam mengasuh anak, seorang ibu harus mengenal anak terlebih dahulu. Usia anak berapa, kemampuan yang harus dicapai anak sesuai usia perkembangan apa saja. Sering kali ibu berpatokan pada orang lain, melihat anak-anak seleb, ingin ikut-ikutan. Padahal ibu seharusnya menyaring dan mempertimbangkan informasi yang didapat,” urai Vera ketika ditemui di acara penutupan kampanye Mothercare “Senangnya Jadi Ibu” di Djakarta Theater, Jakarta.

2. Menggunakan gawai tanpa batas

Gawai bagian tak terpisahkan dari kehidupan ibu milenial dan anak-anak mereka. Meski mulai banyak orang tua menyadari penggunaan gawai berlebih dapat membahayakan anak, nyatanya masih banyak anak yang terkena dampak negatif penggunaan gawai sejak dini yang tidak dibatasi dengan baik. “Masalah yang sering terjadi pada anak-anak yang terlalu banyak bermain gawai adalah terlambat bicara,” kata Vera. “Jangan terlena dengan gawai. Anak boleh bermain gawai dan memang tidak mungkin untuk menghindari gawai di era digital ini, tetapi berikan batas.”

3. Terlalu berusaha menjadi ibu sempurna

Media sosial banyak memamerkan kehidupan ibu dengan anak yang terlihat sempurna, sehingga tanpa disadari membuat para ibu milenial memaksa diri menjadi ibu yang sempurna—seperti apa yang mereka lihat di medsos. “Padahal tidak ada orang yang sempurna. Jangankan ibu baru, ibu yang sudah punya anak dua atau tiga pun pasti berbeda pengalaman. Jangan berusaha keras menjadi ibu yang sempurna, tetapi jadilah ibu yang baik,” saran Vera.

4. Tidak siap menghadapi kejadian di luar rencana

Terlalu menginginkan semua hal sempurna, ibu sering kali tidak siap ketika rencana harus berubah karena situasi tertentu. Misalnya ibu berencana memberikan ASI eksklusif, tetapi ternyata tidak memungkinkan. Tidak siap dengan perubahan, ibu rentan stres. “Menjaga kesehatan mental ibu itu penting. Dan harus diketahui, menjadi ibu itu tidak berarti mengalami hal yang indah-indah saja. Ada tantangan yang terkadang di luar rencana dan harus dihadapi. Kalau tidak siap, ya risikonya ibu rentan terkena penyakit mental seperti baby blues atau depresi pascapersalinan,” urai Vera.

5. Mudah terjebak mommy wars

Ibu milenial sering kali mudah terseret mommy wars atau perang pendapat antaribu di medsos. Padahal, setiap orang punya kondisi berbeda-beda sehingga tidak bisa saling dibandingkan. “Setiap ibu itu unik, anak juga unik, situasi yang dihadapi pun berbeda. Kita tidak bisa mengecap ibu yang tidak memberikan ASI itu tidak baik. Banyak cara untuk menjadi ibu yang baik bagi anak,” tandas Vera. Jangan memusingkan pendapat orang lain. Dukungan dari orang-orang terdekat seperti suami dan keluarga, itulah yang terpenting.

(riz)

Penulis : Rizki Adis Abeba
Editor : Rizki Adis Abeba