Kenapa Anak Cenderung Bersikap Menyebalkan Ketika Bersama Ibunya?

Rizki Adis Abeba | 5 Oktober 2019 | 01:00 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Si kecil sedang asyik bermain dengan ayah, nenek-kakek, atau pengasuhnya. Kemudian Anda, ibunya, muncul. Mendadak suasana berubah. Dia yang tadinya berwajah ceria mulai merajuk, minta digendong, merengek, minta susu, dan hanya mau dipegang ibunya. Lalu semua orang berkata, “Tadi dia baik-baik saja, kok. Kenapa setelah ibunya muncul malah jadi rewel begini, ya?” Jika Anda pernah mengalami situasi semacam ini, tenang saja, kondisi ini dialami juga oleh para ibu di seluruh dunia.

Anak 800 persen lebih menyebalkan ketika ibu datang

Penelitian yang dilakukan di Departemen Psikologi Universitas Washington mengemukakan, anak-anak bakal 800 persen lebih menjengkelkan ketika bersama ibunya ketimbang saat mereka bersama orang lain. Jika anak Anda sudah melewati masa balita dan berusia di bawah sepuluh tahun, maka menurut penelitian yang dilansir laman Momnewsdaily tersebut, presentasenya bertambah dua kali lipat atau sebesar 1.600 persen.

Hasil ini diperoleh setelah tim peneliti melakukan pengamatan terhadap 500 keluarga yang memiliki anak. Sikap menyebalkan yang ditunjukkan anak ketika ibunya muncul saat mereka sedang bermain dengan orang lain meliputi merengek, menangis, berteriak, memukul, melupakan kemampuan berjalan dan menggunakan kata-kata, serta bertingkah konyol.

“Kami menemukan anak-anak usia mulai dari delapan bulan bisa bermain dengan gembira bersama orang lain, tetapi ketika melihat ibunya masuk ke dalam ruangan, 99 persen dari mereka menangis, melempar mangkuk, dan membutuhkan perhatian (dari si ibu) secepatnya. Sisanya, satu persen, adalah anak-anak dengan gangguan penglihatan. Namun begitu mendengar suara ibunya, mereka mulai melempar benda dan meminta makanan yang baru saja dimakan. Sungguh mencengangkan,” ungkap Dr. K. P. Leibowitz, profesor psikologi perkawinan dan keluarga yang terlibat dalam penelitian ini.

Hasil penelitian tersebut tak pelak menjelaskan fenomena yang banyak dialami dan sering membingungkan para ayah, nenek-kakek, dan pengasuh anak. “Saya selalu bertanya-tanya mengapa istri saya tak bisa mengerjakan apa pun (ketika ada anak). Dia benar-benar seperti kelemahan namun juga seperti magnet di waktu yang sama bagi mereka (anak-anak). Padahal mereka cukup baik ketika bersama saya,” ujar Paul Olsen, ayah tiga anak yang menjadi partisipan peneltian ini.

Penelitian Departemen Psikologi Universitas Washington juga mengungkapkan anak kerap lebih patuh pada orang lain ketimbang ibunya sendiri. “Meskipun dengan metode pendisiplinan yang sama, 100 persen anak-anak ini lebih responsif terhadap instruksi yang diberikan oleh orang selain ibu mereka dengan level suara normal. Untuk mendapat respons perilaku yang sama, para ibu harus meninggikan volume suara ketika memberi instruksi yang sama pada anak-anak,” urai penelitian ini.

Lebih patuh orang lain ketimbang ibu

Tidak perlu gusar jika anak berlaku rewel di hadapan Anda. Ini menunjukkan bahwa Anda, para ibu, merupakan zona ternyaman bagi anak. Anda adalah tempat di mana mereka bisa menumpahkan semua emosi, baik ataupun buruk. Bila mereka kerap berlaku manja, menyebalkan, cengeng, itu karena Anda merupakan tempat paling nyaman bagi anak untuk “membuat masalah”. Kepada orang lain, mereka bisa bersikap lebih manis karena ada “jarak” yang membuat mereka enggan berlaku buruk dan menimbulkan masalah.

Perlu diingat, sangat penting bagi anak untuk bisa bersikap senatural mungkin, tidak memendam sesuatu. Jadi ketika anak mulai menangis, merengek, dan mencari perhatian Anda, berbaik sangkalah bahwa itu adalah tanda bahwa Anda adalah zona ternyaman mereka. Anda orang yang dipercaya untuk membuat perasaan buruk mereka menjadi lebih baik. Dan bahwa mereka sedang mempelajari cara menyalurkan ekspresi dan emosi secara natural. Tugas Anda, mengarahkan emosi mereka menjadi energi positif dan membuktikan kalau Anda memang satu-satunya tempat paling nyaman di dunia.

(riz)

 

Penulis : Rizki Adis Abeba
Editor : Rizki Adis Abeba