Penyebab Anak-anak Depresi serta Solusi Pencegahan dan Penanganannya

Wida Kriswanti | 29 Juli 2019 | 23:00 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Katanya, masa kanak-kanak adalah masa yang menyenangkan. Tapi nyatanya itu tidak dirasakan semua anak. Terlebih sekarang, saat tekanan hidup yang demikian tinggi (tanpa disadari) turut melibatkan mereka di dalamnya. Membuat mereka sanggup melakukan sesuatu yang tidak terbayangkan sebelumnya, yaitu bunuh diri.

Cukup sering kita mendengar ada anak yang nekat berusaha menghilangkan nyawanya hanya gara-gara mendapat nilai jelek di sekolah, uang SPP yang belum dibayar, atau diganggu teman-temannya. Miris.

"Maraknya kejadian bunuh diri pada anak akhir-akhir ini, tidak lain karena depresi (kemuraman hati yang ditandai dengan kepedihan, kesenduan, dan keburaman perasaan),” cetus psikolog Anggia Chrisanti Wiranto.

Penyebab anak depresi

"Kecenderungan di masa sekarang, anak memasuki usia sekolah saja sudah langsung dihadapkan pada masalah-masalah yang muncul akibat ego orangtua dan lingkungan," ungkap Anggia.

Sebagai contoh, seleksi masuk SD saja saat ini sudah meliputi tes baca-tulis. Padahal dulu baca-tulis diajarkan pada saat anak duduk di kelas 1 SD. Kemudian tekanan orangtua yang ingin anak sukses dengan mengacu pada tujuan materi (semua hal yang bisa terukur dan diukur). Bisa masuk ke sekolah favorit, menjadi juara kelas, kuliah di perguruan tinggi bergengsi, kerja dengan jabatan bagus dan gaji yang besar, dan lain sebagainya, memicu stres anak.

"Kadang keinginan orangtua ini tidak sejalan dengan apa yang dimaui anak. Inilah cikal bakal anak menjadi depresi," sambungnya.

Depresi pada anak tidak terjadi dalam waktu singkat. Tapi merupakan tekanan yang berlangsung terus-menerus yang tidak disadari orangtua sebagai pendidik utama dalam kehidupan anak.

"Jika ini sudah terjadi pada kita dan anak kita, maka kita harus mau mengubah pola asuh ke arah yang benar. Tidak ada kata terlambat," ujar Anggia sambil menyebutkan, hal pertama yang harus dilakukan orangtua adalah meminta maaf kepada anak.

"Karena intinya, kerentanan anak-anak terhadap depresi adalah karena kesalahan orangtua dalam mengasuh dan membesarkan anak. Sehingga mental maupun emosi anak lemah dan lembek. Mudah putus asa dan tidak kuat menghadapi permasalahan, yang kecil sekalipun," imbuhnya.

Membentuk pribadi yang kuat pada anak sebagai solusi

Ada solusinya bagi para orangtua untuk meminimalkan potensi depresi pada anak. Mengingat tantangan hidup yang tidak tertahankan lagi, menghasilkan anak-anak bermental dan emosi kuat adalah jalan keluar terbaik. Bagaimana caranya? Anggia menyebutkan beberapa cara yang bisa dilakukan di masa-masa awal pengasuhan anak: 

1. Di masa kandungan 
Saat anak masih di dalam kandungan, orangtua, terutama ibu memegang peran penting dalam tumbuh kembang akan berdampak pada masa depannya. Memperkenalkan nilai-nilai kebaikan memberi stimulasi yang tujuannya mengembangkan sang janin secara optimal, khususnya dari segi emosi. Misalnya dengan memperdengarkan musik-musik klasik, musik-musik yang menyenangkan, ayat-ayat suci Al Quran, dan doa-doa lainnya.

2. Di masa kelahiran
Jangan meremehkan proses kelahiran. Saat ini, nampak operasi caesar menjadi pilihan umum yang tidak sekadar alasan medis, tapi juga atas permintaan orangtua. Padahal ada perbedaan antara kelahiran caesar dan alami. Pada persalinan alami, ada mekanisme kelahiran yang sangat sempurna. Setiap tahap dalam proses persalinan itu memiliki efek psikologisnya, yang memengaruhi kehidupan sang anak di masa yang akan datang. Hal ini meliputi saat anak keluar dari rahim setahap demi setahap mulai dari kepala, tubuh, lalu terakhir kaki. Akan berbeda jika melalui caesar, di mana tubuh bayi sekaligus keluar menghadapi udara dan dunia luar.

3. Di masa menyusui
Proses kelahiran berlanjut pada tahap menyusui. Biasakan memperdengarkan suara yang lembut, kata-kata yang baik, suasana kondusif, doa-doa, ajaran nilai-nilai yang baik, dan lain sebagainya pada tahap ini untuk menguatkan kondisi mental dan emosi anak. Pada tahap ini, pola asuh yang salah dapat membuat anak tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang 'bermasalah'.

 

(wida / gur)

Penulis : Wida Kriswanti
Editor : Wida Kriswanti