Selain Masalah Hormon, Hal Ini Juga Picu Gangguan Kesehatan Mental Usai Melahirkan

Rizki Adis Abeba | 15 Agustus 2019 | 05:00 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Ketidaksiapan para ibu dalam menghadapi berbagai perubahan setelah melahirkan bisa berakibat terganggunya kesehatan mental para ibu. Selain perubahan hormon dan lingkungan pada ibu yang baru melahirkan, ada perubahan lain yang tidak kalah membuat para ibu merasa kewalahan: perubahan fisiologis.

“Ibu sering merasa tidak siap untuk perubahan fisiologis yang terjadi, seperti fluktuasi hormon, produksi ASI, dan kalibrasi ulang fisik secara keseluruhan,” kata Nicole Makowka, terapis keluarga dan pernikahan berlisensi yang menjabat sebagai Direktur Edukasi Parenting di LOOM, Los Angeles, AS.

Tidak hanya menghadapi perubahan dan fluktuasi hormon serta kondisi fisiologis, Nicole Makowka juga menyebutkan, kebanyakan ibu baru merasa kewalahan dengan perubahan hidup mereka setelah melahirkan, namun merasa malu untuk meminta bantuan.

“Melewati proses hamil dan melahirkan, menyesuaikan diri dalam kehidupan keluarga baru, dan merawat bayi yang baru lahir bisa sangat luar biasa, namun sebagian besar ibu baru tidak meminta bantuan, atau merasa malu karena membutuhkan bantuan,” kata Nicole Makowka.

Padahal, kesehatan fisik dan mental pada ibu yang baru melahirkan merupakan hal yang sama pentingnya dan tidak boleh diabaikan. “Kesehatan mental dan kesehatan fisik saling terkait satu sama lain. Jika bokong Anda sakit dan Anda tidak bisa duduk dengan nyaman untuk menyusui, maka puting susu Anda pecah-pecah, dan Anda menderita mastitis, itu tidak baik untuk kesehatan mental Anda,”kata Dr. Alison Stuebe, MD, Msc, Direktur Layanan Medis Laktasi di UNC Health Care, Carolina Utara, Amerika Serikat.

“Seringkali kami melihat para ibu dirawat secara terpisah-pisah, Ada yang berfokus pada psikoterapi untuk otaknya, sementara petugas medis lain mengkhawatiekan tentang bagaimana kondisi jahitannya, dan yang lainnya meresepkan krim ajaib untuk puting yang pecah-pecah. Wanita adalah orang yang utuh dan mereka membutuhkan perawatan wanita secara keseluruhan,” lanjut Alison Stuebe.

Nicolw Makowka menyarankan agar Anda melibatkan dokter anak Anda sebagai bagian dari orang yang turut membantu merawat Anda dan bayi selama melalui fase trimester keempat. Sering-seringlah berkonsultasi dengan dokter anak Anda, baik tentang kondisi anak maupun kondisi Anda sendiri.

“Mereka kemungkinan akan menormalkan pengalaman, memberikan wawasan, dan berbagi saran atau rujukan. Cara lain yang bisa dilakukan wanita untuk mengatasi perubahan emosional adalah dengan fokus pada istirahat, tidur, makanan, meminta dan menerima bantuan, dan menghilangkan ekspektasi bahwa penyembuhan fisik dan psikis terhadap ibu yang baru melahirkan harus dilakukan secara terpisah,” tandas Nicolw Makowka.

(riz)

Penulis : Rizki Adis Abeba
Editor : Rizki Adis Abeba