Pertimbangkan 4 Hal Ini Sebelum Anda Menikahi Duda

aura.co.id | 13 Oktober 2020 | 23:59 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Menikahi duda, pernahkan terpikirkan oleh Anda para gadis? 

Well, menikahi duda, bukan sesuatu yang salah. Hanya saja tidak umum dilakukan atau tidak umum sebagai suatu cita-cita dan impian tentang pernikahan. Oleh karena itu, ketika ada seorang anak perempuan memberi kabar, bahwa dia tengah menjalin hubungan dengan seorang pria berstatus duda, pihak orang tua kerap khawatir.

“Umumnya di masyarakat kita, sekalipun (seorang gadis) harus menikah dengan duda, sebaiknya dengan duda meninggal,” kata psikolog Yuli Suliswidiawati dari Biro Konsultasi Psikologi Westaria.  “Namun sekarang ini, lebih banyak duda (atau janda) karena perceraian. Itu yang membuat (pilihan) menikah dengan duda semakin menerbitkan kekhawatiran. Hal ini terkait dengan kemungkinan risiko yang akan muncul di waktu kelak setelah menikahi duda,” papar Yuli.

Menjadi duda karena bercerai berarti masih ada “si mantan istri” di luar sana yang mungkin akan kembali ke kehidupan si lelaki. Menurut Yuli, hal ini bisa menjadi “ancaman” melebihi keberadaan anak-anak dari perkawinan terdahulu. Misalnya, ada duda yang mengatakan kalau perceraiannya dilakukan baik-baik, tidak mustahil mereka akan kembali dekat dengan baik-baik pula.

Ini seperti sebuah perasaan hati yang belum tuntas, terlebih jika disertai keinginan untuk kembali bersatu. Namun, seandainya jalan hidup di depan mata memang sebuah pernikahan dengan duda, ada beberapa hal yang patut diperhatikan, sekaligus menjadi cara untuk Anda meyakinkan orangtua.

Status cerai sudah jelas

Ketika sedang pendekatan dengan seorang duda, pastikan status dudanya sudah benar-benar jelas dan tidak lagi mengandung perselisihan. Anda tidak bisa melihat ini hanya pada permukaan, melainkan termasuk kepada hal-hal yang tersembunyi di dalam. Bukan hanya soal putusan cerai pengadilan, tetapi juga hal tentang perasaan hati. Apakah benar-benar sudah selesai hubungan kasih di antara mereka? 

Telusuri penyebab perceraian    

Ada dua macam perceraian dilihat dari siapa yang menggugat. Ada yang bercerai karena gugatan suami, ada yang bercerai karena gugatan istri. Lalu, apakah perceraian terjadi karena perselingkuhan atau karena ketidakcocokan semata sehingga pasangan sepakat berpisah? Soal perselingkuhan, ketahui baik-baik pihak manakah yang telah berselingkuh. Misalnya yang selingkuh adalah istri terdahulu, wanita yang akan menjadi pengganti boleh lebih tenang. Umumnya, lelaki yang dikhianati tidak akan melakukan hal serupa. Nah, sebaliknya, jika penyebab perceraian terdahulu adalah karena si suami yang berselingkuh, ada kemungkinan dia melakukannya lagi kepada Anda.

Lihat di mana anak-anak tinggal

Melihat siapa yang mengasuh dan tinggal bersama anak-anak bisa menjadi salah satu indikator tentang “siapa yang bersalah”. Normalnya anak-anak kasus perceraian di bawah usia 17 tahun akan tinggal bersama ibu. Ayah hanya akan diberi ijin mengunjungi sesekali atau sesuai kesepakatan. Jika anak-anak tinggal bersama ayah, bisa jadi ada sesuatu yang fatal pada ibu mereka. Sebaliknya, jika mendapati duda yang sama sekali tidak mendapat ijin bertemu anak-anaknya, perlu diwaspadai kemungkinan adanya “masalah” pada si suami yang menyebabkan putusan pengadilan demikian.

Alasan yang mantap

Sebelum meyakinkan orangtua atas jodoh pilihan, Anda harus meyakinkan diri sendiri tentang “mengapa memilih dia yang seorang duda?”. Jangan sampai alasan yang ada dalam pikiran Anda adalah faktor kemapanan ekonomi atau daya tarik fisik semata. Alasannya harus lebih dari itu.  

Bagaimanapun, menikah dengan duda merupakan pilihan yang berat. Perbedaan usia, perbedaan kematangan, perbedaan pengalaman, dan sebagainya bisa menjadi kendala di kemudian hari. Apalagi duda yang menjadi pilihan telah dikaruniai anak dari pernikahannya terdahulu.

“Seorang perempuan yang akan menikah dengan duda harus memiliki keteguhan niat dan kesiapan mental,” kata Yuli. “Lakukan proses penjajakan yang cukup dan juga mendalam. Lamanya proses relatif, tergantung kualitas pendekatan. Jika calon suami sudah memiliki anak, dekati anak-anak dengan cara yang tidak berlebihan atau terkesan memaksa, dan terutama, pendekatan terhadap anak-anak harus dibarengi niatan tulus,” imbuhnya. Maka menikahi duda, tidak menjadi masalah.

Penulis : aura.co.id
Editor : aura.co.id