4 Hal yang Harus Diperhatikan Saat Menabung Untuk Umrah atau Naik Haji

Panditio Rayendra | 24 Mei 2019 | 13:30 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Naik haji biayanya besar. Konon dengan uang 25 juta rupiah, Anda baru bisa memesan kursi. Proses mengantrenya butuh waktu hingga belasan tahun. Tak heran jika belakangan kesadaran generasi milenial menabung untuk naik haji meningkat. Bayangkan jika baru menabung di usia 40 tahun, Anda baru berangkat menjelang usia 60 tahun mungkin. Padahal ibadah haji membutuhkan kondisi fisik yang prima.

Hal tersebut terungkap dalam gelar wicara bertajuk “Milenial Mampu Berhaji dan Umrah” di Jakarta Selatan, pekan ini. Masalahnya, menyisihkan uang untuk ditabung atau diinvestasikan selama bertahun-tahun bukan perkara gampang. Menabung atau berinvestasi tak melulu soal berapa jumlah yang disisihkan.

"Misalnya gaji Anda 5 juta rupiah, jika setengahnya buat investasi, tentu terasa berat. Coba kalau 10 persen disisihkan. Jangan lihat nominalnya, tapi cek persentase dan jadikan itu kebiasaan bulanan. Perlahan, gaya hidup Anda akan berubah dan menyesuaikan dengan sisa uang yang Anda genggam," terang Chief Marketing Officer Narada Asset Management, Anie Puspitasari, salah satu narasumber gelar wicara.

Anie yang berpengalaman menangani investasi dan tabungan lantas memberikan 4 tips agar kegiatan berinvestasi maupun menabung Anda berjalan mulus. Apa saja?


Gunakan fasilitas autodebet

Ujaran yang menyebut gaji naik setahun sekali, sedangkan godaan belanja terjadi selama 365 hari itu benar adanya. Anis menyarankan Anda menggunakan fasilitas autodebet untuk memangkas sebagian gaji secara otomatis buat investasi.

"Misalnya gaji Anda yang per bulan 5 juta dipangkas otomatis 250 ribu rupiah. Bulan pertama dan kedua, terasa berat dan mungkin Anda akan mengeluh, 'Duh, gaji gue tinggal segini, nih!' Memasuki bulan keempat atau kelima, Anda sudah terbiasa dan terbentuk pola pikir pendapatan yang ada memang 4 jutaan. Akhirnya, hidup terasa cukup karena sudah terbiasa," ujar Anie.


Persentase ideal

Asumsi yang menyebut investasi atau menabung idealnya 10 persen tidak sepenuhnya salah. Kuncinya, kata Anie, ajukan pertanyaan kepada diri sendiri apakah investasi yang ditanam per bulan bisa menutupi inflasi dan rata-rata utang?

"Dengan kata lain, Anda berinvestasi untuk apa? Sesuaikan pula dengan kondisi keuangan Anda. Berdasarkan rekomendasi dari sejumlah perencana keuangan, investasi idealnya memang di kisaran 10-20 persen," tutur Anie kepada tabloidbintang.com.


Pelihara komitmen

Katanya investasi harus bareng teman agar lebih bersemangat dan kalau tergoda belanja ada yang mengingatkan. Itu tidak sepenuhnya tepat. Anie mengingatkan, di atas teman, ada komitmen. Komitmen muncul jika tujuan menabung atau investasi jelas. Kalau tujuannya jelas, semangat dan komitmen menguat.


Pelajari profil diri sendiri

Emas sedang trendi. Namun investasi semestinya berpegang pada prinsip jangan taruh uangmu dalam satu keranjang. Emas bisa disimpan, tapi bisakah langsung dijual, laku, dan cepat? "Investasi apapun enggak ada yang salah namun cocokkah dengan profil Anda? Kalau Anda penakut jangan main saham. Bukan salah sahamnya jika nilainya turun dan Anda ketar-ketir. Setiap orang juga punya profil risiko yang beda-beda. Kalau Anda konservatif, tidak disarankan main saham. Carilah alternatif investasi lain lalu sesuaikan dengan profil risiko Anda," kata Anie.

(ray/ray)

Penulis : Panditio Rayendra
Editor : Panditio Rayendra