Pidato Prabowo di Roemah Djoeang, Sindir Elite hingga Soal Pemilih Hantu

TEMPO | 14 Januari 2019 | 19:50 WIB

Prabowo Subianto kembali menyindir para elite. Prabowo mengakui dirinya merupakan bagian dari elite. Namun dia mengklaim diri sebagai elite yang sadar, sedangkan elite-elite lain hanya berlagak.

"Saya ngakuin gue bagian dari elite, tapi tunggu dulu, gue elite yang sadar. Gue elite yang paham kalau gue dipanggil Tuhan nanti gue enggak bisa bawa apa-apa," kata Prabowo disambut tepuk tangan dan sorakan para relawan Roemah Djoeang di Posko Roemah Djoeang, Jalan Wijaya I, Jakarta Selatan, Ahad, 13 Januari 2019.

TABLOIDBINTANG.COM - Berikut isi pidato lengkap Prabowo yang berlangsung sekitar 22 menit itu.

Bismillah hirrohmanhirohim
Assalamualaikum wr wb,
Salam sejahtera saudara sekalian
Shalom, om swastiastu, namo bodhaya

Saudara-saudara sekalian, para relawan dari Roemah Djoeang Gerindra DKI. Relawan pendukung pasangan 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno yang saya hormati dan saya banggakan.

Pertama-tama tentunya marilah kita tak henti-hentinya memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT, Tuhan Maha Besar, kita masih diberi kesehatan dapat berkumpul pada sore hari ini dalam keadaan sehat walafiat.

Saudara-saudara sekalian, saya juga ucapkan terima kasih atas undangan ini, saya sempatkan hadir walaupun masih banyak kegiatan lain. Saya ucapkan terima kasih atas semangat sudara-saudara sekalian, atas kesadaran saudara-saudara sekalian, atas militansi saudara-saudara sekalian apalagi emak-emaknya semua ini. Terima kasih, kita kalau tidak salah dari hari ini kurang mungkin 95 hari ya, 95 hari ya, besok 93 hari.

Pada tanggal 17 April yang akan datang, ada kesempatan untuk seluruh rakyat Indonesia, seluruh bangsa Indonesia berbuat sesuatu yang sangat besar, sangat penting untuk masa depan bangsa dan rakyat Indonesia. Pada tanggal 17 April yang akan datang kita akan dapat kesempatan untuk melakukan perubahan-perubahan dalam kehidupan bangsa dan negara kita.

Saudara-saudara sekalian yang merasakan, saudara-saudara sekalian, bapak-bapak dan emak-emak dan adik-adik dan anak-anakku, di manapun kau berada tidak hanya di DKI, kau yang merasakan sendiri apakah kehidupanmu, apakah kehidupan bangsa kita sudah baik atau belum kalian yang merasakan.

Kalian yang tinggal di Jakarta melihat, kalian yang melihat dan merasakan apakah bangsa kita sudah sejahtera atau belum. Kalian yang menjawab kepada dirimu sekalian, kalian lihat anakmu, kalian lihat orang tuamu, kalian lihat kiri dan kananmu dan kau jawab apa ini negara yang kita ciptakan seperti ini. Yang kaya sedikit, yang kaya hanya segelintir orang saja. Yang kaya tambah kaya yang miskin tambah miskin.

Saudara-saudara sekalian, kalian yang merasakan. Jadi kalau kita ingin mengadakan perubahan, tidak ada jalan lain, setiap warga negara, setiap pribadi harus berani untuk melakukan suatu tindakan yang dibutuhkan, tindakan apa itu? Tindakannya adalah pada tanggal 17 April, hadir di TPS. Hadir di TPS dan mencoblos sesuai hati nuranimu semuanya.

Saudara-saudara, kita mengerti dan kita paham, kita mengerti dan kita paham bahwa ada kekuatan besar, kekuatan yang sangat besar yang tidak pernah ingin Indonesia sejahtera. Kami pahami. Kami mengerti. Saya dulu pejabat di tentara, saya dulu bertugas di mana-mana, saya bertugas di tempat-tempat yang terpencil. Saya aneh, saya melihat kok ada di ujung sana, di perbatasan yang enggak ada pemukiman, jauh dari mana-mana, ada orang asing jalan-jalan di tengah hutan kita. Saya ketemu. Saya selalu melihat keanehan, dan selalu ada aja kisruh di antara kita. Bangsa kita selalu diadu domba dari dulu sampai sekarang. Dan yang menyedihkan adalah banyak elite kita yang tidak peduli nasib rakyatnya.

Ganti presiden itu, kalau kau mau ganti presiden 17 April kita harus menang. Ya? Dan mudah, teriak-teriak itu gampang, saya ulangi ya, teriak-teriak itu gampang, tapi nanti 17 April itu yang menentukan. Pada hari itu rakyat Indonesia harus berbicara. Sekarang mereka sedang bercerita bahwa rakyat yang di bawah itu tidak mengerti, mereka tidak punya gadget, tidak punya HP. Mereka bilang rakyat yang di desa-desa itu tidak punya HP. Maksudnya apa itu, apa karena tidak punya HP apa rakyat kita bodoh. Apa karena tidak punya HP itu rakyat kita di bawah bisa dibeli?

Saudara-saudara sekalian, kalau ada yang mau gelontorkan uang, terima uangnya. Saudara-saudara, kalau memang benar di desa-desa tidak punya gadget, tapi dia pasti punya saudara yang punya gadget, dia pasti punya saudara yang punya HP. Ya tolonglah saudara-saudara, kalau punya kerabat, keluarga, kenalan, atau kenalan dari kenalan, atau kerabat dari kerabat dari kerabat yang ada di desa-desa itu sampaikan, kalau tidak pakai HP, pakai mulut, kalau tidak pakai surat. Kalau tidak sebelum 17 April mbok ya kalian datang ke desa-desa itu.

Ada berapa orang yang hadir sekarang? 1.500? Kalau kalian setengahnya saja 750 turun ke desa-desa yang paling miskin, tetanggamu, datang ke situ, berarti kita bisa datangi 750 desa dari ruangan ini saja. Masih ada 90 hari. Kalau kau datangi lima desa itu, atau lima RT, lima perkampungan yang paling miskin paling kumuh, 5 kali 750, berapa itu? Berapa itu? 750 kali lima? 3.750, betul? Ini ketahuan waktu sekolah nyontek.

Paham enggak apa yang kalian sampaikan? Berarti bisa ada 3.750 kampung yang bisa kau yakinkan. Saya terima kasih dukunganmu tapi saya katakan ini bukan urusan Prabowo, urusan Sandi. Kami hanya alat. Saya menyediakan diri untuk jadi alat rakyat Indonesia. Tapi kalian yang harus berjuang bersama. Saya siap berjuang tapi tanpa kalian saya enggak ada apa-apanya.

Saudara-saudara sekalian, jadi turun ke seluruh rakyat sampaikan masalah-masalah yang kita hadapi. Dan kalau kau sudah berkali-kali dengar pembicaraan saya, sudah berkali-kali saaya yakin kau dengar pembicaraan saya. Sesuatu yang elite Indonesia paling tidak suka sama Prabowo Subianto, tahu enggak? Mereka paling tidak suka sama saya kenapa, karena saya yang mengatakan bahwa kekayaan bangsa Indonesia diambil dari bumi Indonesia.

Kita sedang dimiskinkan, kita sedang dibuat menjadi bangsa minta-minta. Ada kebanggaan, ada kebanggaan beberapa tokoh negara ini, nanti kalau saya sebut namanya nanti dilaporkan, (hahahha) ada yang bangga tiap tahun, tiap tiga bulan, tiap enam bulan mencetak utang. Bangsa ini bangsa minta-minta pahadal kita negara kaya.

Kalau mau ingat apa pesannya Prabowo Subianto, kalau mau dengar, kalau mau ingat apa pesan Prabowo Subianto, ingat ini. Satu, kekayaan Indonesia diambil dari bumi Indonesia. Makanya tidak cukup kekayaan, tidak cukup uang, makanya pejabat-pejabat kita gajinya kecil. Makanya banyak sogok-menyogok, banyak korupsi, makanya banyak rumah sakit sekarang nolak pasien BPJS.

Jadi saudara-saudara, kita harus melakukan perubahan untuk menyelamatkan masa depan bangsa Indonesia. Kalau tidak ya kita akan terus seperti ini, karena yang saya katakan itu, banyak bangsa-bangsa lain yang iri dengan kita, yang ingin kita rusuh, yang ingin kita miskin, yang ingin kita gaduh, yang selalu adu domba di antara kita, suku sama suku, agama sama agama. Ya kan.

Jadi saudara-saudara, terima kasih perjuanganmu, terima kasih dedikasimu, tolong turun 94 hari ini kerja keras semuanya. Masing-masing menggalang kekuatan kemudian nanti di TPS masing-masing jaga itu TPS. Karena memang salah satu kelemahan bangsa kita, kita harus koreksi bangsa kita, kelemahan bangsa kita ini adalah, jangankan usaha-usaha besar, kadang-kadang main sepak bola tingkat kecamatan aja mau curang. Iya tho? Bener? Main sepak bola tingkat kecamatan aja mau curang, apalagi?

Saudara-saudara sekalian, jaga TPS, jaga suara rakyat. Waspada terhadap nanti pemilih-pemilih hantu yang akan nyoblos.

Saudara-saudara sekalian, jaga TPS, jaga suara rakyat. Waspada terhadap nanti pemilih-pemilih hantu yang akan nyoblos. Coba dicek semua kotak itu, harus kosong dulu sebelum mulai pemilihan. Dan emak-emak semuanya, bapak-bapak semuanya, kalau datang, maaf kali ini jangan pulang cepat-cepat, tunggu sampai malam. Lhoh kok ketawa? Kuat enggak? Berani enggak? Datang ya harus sampai sore, nunggu, jangan nanti terakhir-terakhir ya.

Ya saudara-saudara, ya terpaksa kalian bawa rantang, ke TPS, bawa tikar ke TPS, kalian piknik di situ, ya, kalau perlu tidur di situ sampai selesai. Betul? Bisa? Untuk negara, apa yang kita lakukan tanggal 17 menentukan kita untuk berapa ratus tahun ke depan saudara-saudara.

Kita lihat sekarang BUMN-BUMN milik negara, milik rakyat, kebanggaan kita, kebanggan kita satu-satu hancur, satu-satu bangkrut. Tanya aja itu, tanya Garuda, pilot-pilot. Tanya Pertamina, tanya PLN, tanya semua pabrik-pabrik milik negara. Saudara-saudara, saatnya rakyat merebut kembali kedaulatan Indonesia.

Elite itu enggak usah terlalu kau kagumi lah, ya, aku kenal dari kecil itu. Aku kenal satu-satu, lagaknya aja itu. Kau enggak usah kagum mereka pakai mobil-mobil mewah dan bagus. Itu yaaa, kalau dibilang itu nyolong semua itu. Itu nyolong uang rakyat itu. Justru kalau lihat orang pakai mobil mewah harus kita tanya duitnya dari mana. Jangan lagak. Aku kenal dari kecil.

Aku ini orang Betawi. Gue lahir di sini. Setiabudi belum apa-apa, masih alang-alang, kebun, kebun, sawah, sama tempat sapi, banyak sapi di situ. Ya, Bener enggak? Pondok Indah kebun karet, kebun karet milik negara, kok tiba-tiba jadi...kok tiba-tiba jadi milik itu. Jangan lagak, rakyat sudah enggak bodoh lagi saudara-saudara. Bener?

Ada yang bilang, Prabowo kok ngomong begitu, dia juga bagian. Iya saya bagian. Saya pertama saya ngakuin gue bagian dari elite, tapi gue elite, tunggu dulu, gue elite yang sadar. Gue elite yang paham kalau gue dipanggil Tuhan nanti gue enggak bisa bawa apa-apa. Bener? Mendingan gue membela rakyat gue, mendingan gue bersama rakyat gue yang susah.

Karena gue tahu itu bahwa rakyat kita banyak yang menderita kesulitan. Bahwa kesejahteraan tidak dirasakan oleh sebagian besar rakyat. Susah dapat pekerjaan. Benar? Minta ampun, ya kan? Cari bayar makan aja susah sekarang.

Berapa hari ini telur, berapa? 24 ribu satu kilo? Ha? 30 ribu? 26 ribu satu kilo? 25 ribu? 28 ribu? Di kampung 32 ribu?

Kalau kita berkuasa nanti kami akan menjamin daging, telur, ayam, susu, beras, akan terjangkau oleh rakyat yang paling miskin. Saya yakin kita bisa, saya yakin kita cukup kaya asal kita mengelola dengan baik, jujur dengan tidak mencari keuntungan untuk pribadi kita sendiri. Paham saudara-saudara?

17 April? Paham tugasmu? Ya? Jangan di sini teriak-teriak semangat. 17 April malem boleh kita teriak-teriak semangat kalau sudah jelas rakyat yang menang. Wassalamualaikum wr wb.

Terima kasih Roemah Djoeang, terima kasih relawan, terima kasih emak-emak semua, terima kasih bapak-bapak, adik-adik, anak-anakku semua. Terima kasih.

Ingat keadilan tidak jatuh dari langit, keadilan harus kau rebut. Terima kasih, selamat berjuang, terima kasih. Merdeka! Merdeka! Merdeka!

TEMPO.CO

Penulis : TEMPO
Editor : TEMPO