Boy Harsya, Sempat Mundur dari Dunia Hiburan Setelah Ayah Meninggal

Wayan Diananto | 16 Januari 2016 | 07:15 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Boy Harsya, aktor kelahiran 8 November ini memulai karier dengan cemerlang.

Pada 2007, Boy Harsya (26) membintangi sinetron berating tinggi Cinderella. Ia beradu akting dengan Rezky Aditya dan Kiki Farrel.

Usai meramaikan Cinderella, Boy tampil bersama Dwi Andhika di sinetron EGP sebanyak 40 episode. Setelah itu, ia membuat keputusan besar: hijrah ke dunia marketing. Keputusan itu diambil beberapa minggu setelah Boy dirundung tragedi.

Tragedi itu terjadi pada Jumat, 11 Januari 2008. Siang itu, Boy pamit kepada papanya, M. Haris Sitompul, untuk jalan-jalan ke Senayan City, Jakarta. Boy meminta uang kepada Haris. Tanpa banyak tanya, Haris memberi kartu kredit kepada putranya. Pada hari itu, Haris sedang menyiapkan pengajian merayakan Tahun Baru Hijriah. Empat hari sebelumnya, ia mengirim pesan singkat kepada keluarga, kerabat, dan sahabar agar datang ke pengajian itu.

Sebenarnya, hati kecil Boy membatin, “Tumben, Papa bikin pengajian menjelang Tahun Baru Hijriah? Selama ini, Papa enggak pernah merayakan tahun baru Islam dengan pengajian".

Sejak pagi, Haris menghias rumah. Ia mengeluarkan sejumlah karpet yang tersimpan di loteng rumah kemudian membersihkannya. Haris mengambil tangga untuk menjangkau langit-langit kediamannya. Saat itulah, kakinya terantuk. Ia jatuh terguling. Kepalanya membentur lantai.

Haris dilarikan ke instalasi gawat darurat (IGD) sebuah rumah sakit di Depok. Ibu Boy, Rosmala Dewi Siregar, mencoba menghubungi putranya yang sedang asyik nongkrong di mal.

“Mama menelepon, meminta saya pulang. Ia menangis. Saya pikir, Mama menangis lebay padahal Papa cuma jatuh dari tangga,” aku Boy saat berkunjung ke kantor Bintang, di pengujung 2015. Boy pulang. Saat menunggu mobil datang dengan fasilitas valet parking, Rosmala menelepon lagi. 

Dari ujung telepon, Rosmala tersedu-sedu mengabarkan bahwa Haris meninggal. Di lobi mal itu, hati Boy diserang rasa bersalah. Sesampainya di ruang IGD, ia tak berani melihat jenazah papanya. Kakinya gemetar. Berkali-kali, ia merapal doa agar peristiwa yang dialami itu hanya mimpi buruk. Berkali-kali pula ia berharap agar segera terjaga. 

Kepergian Papa menyisakan penyesalan yang menghantui Boy bertahun-tahun. “Saya enggak terlalu dekat dengan Papa. Beliau sedikit bicara. Siang itu saat mau nongkrong, saya minta uang, Papa langsung memberi. Biasanya, kalau saya minta uang Papa bertanya, berapa? Buat apa? Dan seterusnya. Papa sangat disegani di lingkungan keluarga besar. Saya tidak dekat dengan Papa. Bahkan, tidak pernah berfoto berdua,” sesalnya. Sampai saat ini, Boy belum bisa memaafkan diri sendiri. 

“Ketika sedang kecewa atau sedih, saya teringat almarhum. Kalau ditanya apakah saya sudah ikhlas, saya ikhlas. Saya percaya Papa kini berada di tempat yang lebih baik. Ternyata pada 11 Januari itu, Papa menyiapkan pengajian menjelang kepergiannya. Saya menyadarinya setelah melihat bendera kuning berkibar di depan rumah,” lanjutnya.

Sejak itu, Boy mundur dari dunia hiburan. Sebagai langkah awal, ia memperkuat tim marketing restoran Fable di SCBD, Jakarta, selama empat bulan. Hanya empat bulan karena penyuka masakan pedas ini merasa restoran dan marketing bukan dunianya. Meski demikian, ia tidak menyerah. Boy menjajal bekerja di restoran Ratatouille, Jakarta. Di sana, Boy hanya sanggup bertahan lima bulan. 

(wyn/gur)

Penulis : Wayan Diananto
Editor : Wayan Diananto