Dilan 1991 dan Jawaban untuk Warganet yang Nyinyir

Wayan Diananto | 16 Maret 2019 | 23:00 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Kedatangan Captain Marvel menyusutkan jumlah layar Dilan 1991. Meski demikian, Iqbaal-Vanesha optimistis, penonton masih terus mengalir. Bukan tidak mungkin, menyusul pencapaian pendahulunya, 6,3 juta penonton. Senada dengan Iqbaal dan Vanesha, Ody menyebut setidaknya, Dilan 1991 masih punya 300 layar setelah Captain Marvel menginvasi bioskop. 

Salah satu sutradara Dilan 1991, Fajar Bustomi, mengatakan, beban pemain dan kru tidak seberat ketika memproduksi Dilan 1990, tahun lalu.

“Target yang dipasang produser untuk Dilan 1991 sebenarnya 4 juta penonton,” ungkap Fajar, yang sedang berada di Mesir untuk persiapan syuting film biografi Buya Hamka.

Kabar Dilan 1991 mencetak rekor baru diterima Fajar ketika hendak terbang ke Mesir. “Saya kaget saat dikabari produser. Mau menangis di bandara tapi malu. Di grup WhatsApp saya diselamati guru-guru saya yakni Mas Garin Nugroho dan Riri Riza,” kenangnya.

Bicara target penonton, Iqbaal-Vanesha deg-degan. “Saya tidak memiliki target, lebih baik biasa saja. Takutnya terlalu berharap juga tidak baik,” ceplos Vanesha.

Iqbaal juga enggan menyebut angka detail. Namun ia yakin Dilan 1991 menguatkan kepercayaan publik terhadap film Indonesia.

“Saya selalu bingung menjawab pertanyaan ini. Begini, semua film punya pasar masing-masing. Kalau penonton suka, film itu akan terus ditonton. Dilan 1991 dan film Indonesia lainnya memiliki tujuan sama, yakni memajukan perfilman Indonesia,” kata Iqbaal. 

Ini sekaligus menjawab kritik warganet yang menuding jumlah layar Dilan 1991 berlebihan. Kritik ini mengundang sejumlah pihak bersuara. Salah satunya, Joe Taslim (37). Lewat akun Twitter, bintang film Fast & Furious 6 mencuit, “Ups! Masih suka perang di kolam sendiri, ya susah maju. (Untuk) siapa saja yang berenang lebih bagus, kita harus tepuk tangan dan berlatih lebih baik. Dengan begitu baru bisa maju. Jangan melihat ada yang berenang lebih depan, lalu ingin menenggelamkannya. Ayolah, setop membenci diri sendiri!”

Tidak mau terkontaminasi dengan warganet yang nyinyir, Fajar mengingatkan, Dilan 1990 awalnya tidak dianggap proyek besar. Saat jumlah penonton hari pertama mencapai lebih dari 200 ribu, pihak bioskop memberikan layar lebih. Seharusnya, pencapaian ini memotivasi sineas lain.

“Bukankah kita semestinya bahagia melihat orang lain bahagia? Bukankah ketika ada film Indonesia memecahkan rekor, kita mesti bertepuk tangan karena ini menjadi kesuksesan bersama? Saya tidak pernah memikirkan omongan nyinyir itu. Saya percaya mereka tidak bermaksud jahat,” sambung sutradara Surat Kecil untuk Tuhan.

Corporate Secretary Cinema XXI, Catherine, menyebut, menambah dan mengurangi jumlah layar itu wajar. Apalagi kesuksesan Dilan 1991 dipicu banyak faktor. “Pertama, ini kisah cinta remaja yang diangkat dari novel laris. Penggemarnya sudah ada. Kedua, dengan latar dekade 1990-an, bukan hanya menarik penonton dari kalangan remaja, tapi dari segmen penonton yang lebih matang. Film ini mengingatkan mereka pada zaman SMA. Mereka bernostalgia lewat film ini,” Catherine mengakhiri perbincangan.

(wyn / han)
 

Penulis : Wayan Diananto
Editor : Wayan Diananto