Film Penumpasan Pengkhianatan G 30 S PKI Ternyata Masih Diminati Pemirsa, Ini Buktinya!

Indra Kurniawan | 1 Oktober 2021 | 18:30 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Film Penumpasan Pengkhianatan G 30 S PKI tampaknya masih diminati pemirsa. Tayang 3 hari berturut-turut di 3 stasiun tv berbeda, film produksi 1984 itu berhasil meraih rating dan share cukup tinggi.

Trans TV menayangkan lebih dulu pada Selasa (28/9) di slot primetime pukul 20.00 WIB. Hasilnya, meski berhadapan langsung dengan sinetron favorit seperti Ikatan Cinta RCTI dan Buku Harian Seorang Istri SCTV, Penumpasan Pengkhianatan G 30 S PKI berhasil mengumpulkan TVR 1,5 dan audience share 9,2 persen. 

Hasil lebih baik didapat MNCTV. Mengudara pada Rabu (29/9) pukul 19.30 WIB, Penumpasan Pengkhianatan G 30 S PKI berhasil menyodok ke peringkat 8 dalam daftar rating seluruh program tv dengan meraih TVR 2,2 dan audience share 11,4 persen. Unggul dari Berbagi Suami The Series ANTV dengan TVR 1,5 dan audience share 6 persen. 

TV One menyiarkan Penumpasan Pengkhianatan G 30 S PKI pada Kamis (30/9) pukul 21.00 WIB. Memang hasilnya tidak sebagus Trans TV dan MNCTV, tetapi setidaknya berhasil menggaet cukup banyak pemirsa yang masih penasaran dengan visualisasi akan terjadinya gerakan yang disebut bertujuan menggulingkan pemerintahan Presien Sukarno. 

Film yang disutradarai dan ditulis oleh Arifin C. Noer  itu selalu menjadi perbincangan hangat jelang tanggal 30 September. Selalu saja terjadi pro dan kontra. Mereka yang pro mendukung penayangan film tersebut di layar kaca. Sedang yang kontra keberatan.

Dalam sejarah penayangannya, film yang meraih 7 penghargaan di Festival Film Indonesia pertama kali ditayangkan di Televisi Republik Indonesia (TVRI) pada 30 September 1985. Semenjak itu film yang mengisahkan kronologi penculikan hingga kematian korban G30S/PKI rutin diputar di TVRI setiap tahunnya. 

Namun sejak rezim Orde Baru tumbang pada 1998, film yang awalnya diberi judul Sejarah Orde Baru tidak lagi wajib tonton. Film itu dinilai melenceng dari fakta sejarah dan sebagai bentuk propaganda penguasa saat itu. 

Penulis : Indra Kurniawan
Editor : Indra Kurniawan