Dampak Buruk Ketika Anak Main Gadget Tanpa Dikontrol Orang Tua
TABLOIDBINTANG.COM - Gadget alias gawai telah menjadi bagian gaya hidup masyarakat modern. Tak hanya remaja, orang tua dan anak di bawah umur pun tak bisa lepas dari peranti elektronik yang satu ini.
Rasanya, sudah menjadi rahasia umum bahwa membiarkan si kecil akrab dengan gawai tanpa pengawasan orang tua mendatangkan dampak buruk.
Hal itu terungkap dalam talk show “Manfaatkan Gadget Secara Positif Bersama Jagadiri” di Jakarta, belum lama ini.
Salah satu narasumbernya, Psikolog keluarga pendiri PION Clinition dan inisiator Theaplay Indonesia Astrid WEN, Mpsi.
Astrid mengungkap fakta dan data Survei Asian Parent pada sekitar 2.500 orang tua di negara ASEAN. Hasil survei menyebut, 99 persen anak bermain gawai di rumah.
Fenomena ini terjadi secara global. Astrid mengatakan, gawai tidak 100 persen berdampak buruk. Boleh saja mengenalkan anak kepada gawai.
Namun, ada dua aspek yang harus dipertimbangkan para orang tua yaitu konten, termasuk di dalamnya pornografi maupun kekerasan. Aspek kedua yakni durasi pemakaian.
“Kebanyakan anak bermain gawai berjam-jam. Akibatnya, anak-anak lupa melakukan aktivitas eksplorasi khas seperti bergerak, berlari, dan berinteraksi dengan orang sekitar,” Astrid mengingatkan.
Dampak buruk lain dari bermain gadget tanpa kontrol orang tua, waktu istirahat berkurang. Itu bisa berdampak pada perkembangan fisik yang kurang optimal dan menurunkan kesempatan si kecil mengembangkan kemampaun berpikir. Selanjutnya, kemampuan anak bersosialisasi kurang terasah. Mereka kesulitan berteman, merasa sepi, berisiko mengalami depresi maupun gangguan kecemasan. Orang tua dituntut cermat menilik perilaku si kecil saat main gawai.
“Perhatikan perilaku anak-anak Anda. Jika mereka terlalu asyik bermain gawai, bisa jadi keasyikan itu mengarah pada kecanduan. Ciri-ciri kecanduan yakni lupa waktu, mudah marah saat permainannya diinterupsi, pekerjaan rumah terbengkalai, menarik diri dari ligkungan, serta sering bermain gawai secara sembunyi-sembunyi,” Astrid menambahkan.
Penggunaan waktu layar elektronik (termasuk komputer dan televisi) yang disarankan untuk si kecil yakni 30 hingga 60 menit per hari. Untuk anak usia 0 hingga 2 tahun, dilarang sama sekali. Bukan berarti gawai lebih banyak mudarat daripada manfaat. Faktanya, apa pun kini bisa diakses via gawai. Itu sebabnya muncul istilah, dunia kini ada dalam genggaman kita.
Salah satu manfaatnya yakni penerapan asuransi online. Director Operation PT Central Asia Financial (CAF), Dr. Dessy Kusumayati menyebut asuransi online memudahkan konsumen karena tidak harus melalui agen. Prosesnya lebih mudah. Hanya dibutuhkan beberapa menit untuk aplikasi, kemudian polisnya akan dikirim melalui email Anda.
“Uniknya, pengguna tidak perlu melakukan cek kesehatan terlebih dahulu sehingga siapapun dapat menjadi nasabah asuransi dalam hal ini asuransi Jagadiri, selama memenuhi aturan ketentuan pembelian produk,” beri tahu Dessy.
(wyn/gur)
-
Peristiwa
Sejak 18 Oktober Kasus Gangguan Ginjal Akut pada Anak Terus Menurun
RedaksiSenin, 7 November 2022 -
Hollywood
Sudah Punya Tujuh Anak, Istri Alec Baldwin Masih Ingin Tambah Lagi
RedaksiSelasa, 1 November 2022 -
Peristiwa
200 Vial Fomepizole Tiba di Indonesia, Didistribusikan ke Seluruh Rumah Sakit Rujukan
RedaksiSenin, 31 Oktober 2022 -
Peristiwa
Fomepizole, Obat Gangguan Ginjal Akut Akan Diberikan Secara Gratis
RedaksiRabu, 26 Oktober 2022 -
Peristiwa
Kasus Gangguan Ginjal Akut pada Anak, 156 Obat Sirup Boleh Diresepkan
RedaksiRabu, 26 Oktober 2022 -
Peristiwa
Kasus Gagal Ginjal Akut, Polisi Cek Hasil Lab Obat yang Ditarik BPOM
RedaksiSelasa, 25 Oktober 2022 -
Peristiwa
Gangguan Ginjal Akut pada Anak, Menkes: Penggunaan Fomepizole Terbukti Berdampak Positif
RedaksiSelasa, 25 Oktober 2022 -
Peristiwa
Gagal Ginjal Akut Pada Anak, Orang Tua Perlu Waspada Jika Terjadi Penurunan Jumlah BAK
RedaksiKamis, 20 Oktober 2022 -
Peristiwa
Cegah Gangguan Ginjal Pada Anak, Masyarakat Diminta Tak Mengkonsumsi Obat dalam Bentuk Sirup
RedaksiKamis, 20 Oktober 2022