Persahabatan di Usia Dewasa, Saling Melengkapi atau Membebani?

Wida Kriswanti | 29 Agustus 2019 | 22:00 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Saat memasuki fase usia dewasa (18-38 tahun), penting bagi kita untuk menelaah persahabatan yang dijalani. Bukan karena persahabatan itu salah, melainkan ada perubahan situasi yang menuntut kita agar tidak lagi menjalani persahabatan dengan gaya seperti sebelumnya, saat remaja atau hingga memasuki fase usia dewasa dini.

Dijelaskan Anggia Chrisanti, konselor dan terapis Biro Konsultasi Psikologi Westaria, gaya persahabatan harus berubah karena ada tugas perkembangan khusus pada fase dewasa dini. Antara lain, membuat atau membina kehidupan baru, seperti menikah, memiliki anak, atau karier dan pekerjaan.

“Harus diwaspadai jika di usia ini kita masih saja menuntut sahabat-sahabat, pun sebaliknya, agar persahabatan kita tetap sama, konsisten, tidak berubah,” kata Anggia. “Tidak hanya Anda atau sahabat atau persahabatan yang dijalani tidak dewasa, tidak sehat, dan tidak proporsional, namun dikhawatirkan saling menjadi benalu,” lanjutnya.

Dengan mempertahankan pola atau bentuk persahabatan seperti saat remaja, saat kita dan sahabat-sahabat belum memiliki tanggung jawab pribadi dalam kehidupan baru, hampir pasti ada kepentingan lain yang dikorbankan. Misalnya keluarga (pasangan dan anak) atau pekerjaan. Walau dengan dalih “saling mengerti dan mendukung”, tetap saja saat kita memasuki usia dewasa, sikap tahu diri, tahu waktu, dan tahu yang lainnya penting. “Dengan begitu, tidak akan ada pihak yang dirugikan, banyak atau sedikit. Jangan sampai pula ada sedikit saja rasa bergantung atau mengambil manfaat dari yang lainnya,” tegas Anggia.

Tanda-tanda persahabatan usia dewasa yang sedang dijalani sehat atau tidak, cukup sulit terdeteksi. Beberapa petunjuk tentang persahabatan yang sehat, yang diungkap Anggia berikut, bisa membantu.

1. Persahabatan membuat yang terlibat di dalamnya bahagia

Walaupun kesannya egois, harus waspada jika persahabatan Anda lebih banyak memberi rasa negatif, seperti saling terikat, berutang budi, harus selalu mendukung (bahkan saat salah), dan lainnya.

2. Sahabat-sahabat yang jujur dan terbuka

Sahabat yang baik menerima kita apa adanya. Hubungan persahabatan yang sehat juga ditandai dengan kejujuran dan keterbukaan. Persahabatan yang kuat tidak akan menampilkan kebohongan dan kepalsuan di dalamnya. 

3. Bertengkar dengan cara yang sehat

Persahabatan yang solid bukan berarti selalu bersama kapan pun, di mana pun, dalam situasi dan kondisi apa pun. Solid berarti tidak takut untuk menyatakan ketidaksetujuan, berani menyatakan yang benar, beradu argumen dengan cara yang baik.

4. Persahabatan sehat tidak melarang Anda berteman dengan orang lain di luarnya

Persahabatan yang eksklusif atau dengan inner circle yang tidak boleh dimasuki sembarang orang menjadi salah satu tanda persahabatan yang tidak sehat. 

5. Saling percaya

Persahabatan yang sehat memiliki kepercayaan yang besar satu dengan lainnya. Kepercayaan membuat kita nyaman mencurahkan perasaan. Namun bukan berarti semua hal harus kita bagikan kepada sahabat. Apalagi urusan pribadi, misalnya masalah rumah tangga atau suami istri.

6. Mengerti batasan dan saling menghargai

Jika persahabatan saat ini adalah persahabatan yang terjalin sejak Anda remaja atau kecil, biasanya membuat satu dengan lainnya sangat kenal, sangat dekat, sangat akrab, sangat tahu tentang kehidupan pribadi dan bahkan merasa boleh terlibat di dalamnya. Jelas ini tidak sehat.

7. Saling menjaga hubungan persahabatan

Untuk membangun persahabatan yang sehat, ada rasa dan keinginan untuk memelihara persahabatan (kasih sayang) selama mungkin. 

 

 

 

 

 

 

Penulis : Wida Kriswanti
Editor : Wida Kriswanti