Kenali 10 Faktor Risiko Hernia Nukleus Pulposus Alias Saraf Terjepit, Apa Saja?

Yoga Prakoso | 15 Juli 2021 | 12:44 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Hernia nukleus pulposus (HNP) atau yang lebih dikenal dengan istilah saraf terjepit adalah kondisi akibat menonjolnya bantalan tulang belakang sehingga menjepit saraf tulang belakang.

HNP dapat terjadi pada semua ruas tulang belakang, tapi yang paling sering terjadi yaitu pada segmen lumbal atau pinggang yang sebagian besar pada segmen L4-L5, L5-S1.               

Saraf terjepit juga bisa terjadi pada ruas leher. Ini terungkap di webinar “Solusi Terkini Saraf Terjepit Tanpa Operasi, dengan Kateter RACZ dan DiscFX,” Kamis (15/7/2021).

Setidaknya, ada 10 faktor risiko saraf terjepit yakni usia, cedera (jatuh akibat kecelakaan atau olahraga), aktivitas atau pekerjaan seperti duduk terlalu lama, angkat atau menarik beban yang berat. Faktor risiko lain yakni sering memutar punggung atau membungkuk, latihan fisik terlalu berat dan berlebihan, terpapar getaran yang konstan, olahraga berat, dan merokok. Dua faktor risiko lain yakni berat badan berlebih dan batuk dalam waktu lama.

Saraf terjepit menimbulkan beragam gejala bergantung lokasi jepitan saraf terjadi. Umumnya disebut mengalami saraf kejepit jika pasien mengalami salah satu dari tiga gejala berikut. Pertama, komponen sensorik (rasa), misalnya kesemutan, kebas, baal di tangan atau kaki. Kedua, komponen motorik (gerakan), misalnya gerak melemah. Ketiga, komponen otonom, misalnya gangguan buang air kecil dan buang air besar.

“Dunia medis semakin maju dengan adanya Interventional Pain Management (IPM) yang menerapkan teknik-teknik intervensi untuk menangani nyeri subakut, kronik, persisten, dan nyeri yang sulit diatasi. Teknologi ini bisa berupa injeksi kortikosteroid, radiofrekuensi ablasi, laser, kateter RACZ, endoskopi tulang belakang, dan yang terbaru DiscFX,” kata Dr. dr. Wawan Mulyawan, SpBS, SpKP. Narasumber lain, dr. Danu Rolian, SpBS, menyebut kateter RACZ juga disebut neuroplasty epidural.

“Ia mengantarkan obat-obatan tertentu untuk membantu mengurangi peradangan atau iritasi saraf sehingga nyeri berkurang atau mereda. Prosedur kateter RACZ hanya butuh waktu 30 sampai 45 menit, sehingga tak perlu rawat inap. Pasien bisa langsung pulang,” terang Danu. Kateter RACZ dan DiscFX kini telah melengkapi fasilitas Klinik Utama Klinik Nyeri Dr. Indrajana, di samping endoskopi tulang belakang, laser, dan radiofrekuensi ablasi. Direktur Utama Klinik Utama Klinik Nyeri Dr. Indrajana, dr. Mustapa Widjaja, membenarkan.

“Klinik Nyeri DR. Indrajana berkomitmen memberi layanan medis untuk penanganan nyeri tulang belakang secara komprehensif. Kami punya beragam teknologi IPM guna menjawab kebutuhan penderita nyeri yang mencari kesembuhan tanpa operasi,” jelas Mustapa.

Penulis : Yoga Prakoso
Editor : Yoga Prakoso