Si Kecil Sudah Bisa Berbohong? Jangan Panik dan Marah, Itu Justru Pertanda Baik

Rizki Adis Abeba | 5 Juli 2019 | 16:15 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Suatu ketika anak balita Anda mengatakan telah menghabiskan makanannya, padahal Anda tahu ia diam-diam membuang sisa makanan. Waktu lain, si kecil merusak mainan. Namun ketika ditanya siapa yang merusaknya, ia berkata tidak tahu. Mendapati anak mulai berbohong, tak jarang orang tua panik, sedih, hingga marah. Santai, Bu! Mendapati anak mulai berbohong, tak jarang orang tua panik, sedih, hingga marah.

Tanda Kecerdasan

Menurut Dr. Kang Lee, profesor psikologi dari Universitas Toronto, Kanada, berbohong merupakan tahap tumbuh kembang yang penting untuk anak. Berdasarkan hasil penelitiannya tahun lalu, 30 persen anak berusia 2 tahun sudah mulai berkata bohong dan jumlahnya terus meningkat ketika anak menginjak 7-8 tahun. Anak yang mampu berbohong kemampuan kognitifnya lebih baik daripada yang tidak bisa mengarang cerita. Karena berbohong membutuhkan dua hal. “Pertama, anak perlu memahami apa yang ada dalam pikiran orang lain. Kami menyebutnya theory of mind. Anak yang kemampuan membaca pikirannya lebih baik biasanya lebih pandai berbohong,” urai Lee.

Kedua, dibutuhkan kemampuan fungsi eksekutif, yaitu kemampuan merencanakan sesuatu untuk mencegah respons yang tidak diinginkan. Anak yang berbohong mampu menebak cara orang lain merespons sebuah informasi. Mereka juga punya kemampuan menyusun kepingan-kepingan informasi menjadi sebuah cerita yang masuk akal dan mengubah reaksi orang dengan informasi baru.

Seiring dengan itu, para peneliti dari Universitas Sheffield, Inggris, mengemukakan pandai berbohong mengindikasikan cara berpikir yang baik, mengingat kemampuan berpikir dan daya ingat dibutuhkan untuk merangkai cerita supaya terdengar logis. “Kebanyakan orang tua tidak terlalu senang ketika anak mereka berbohong, namun setidaknya mereka harus bangga karena ketika anak bisa mengarang cerita bohong dengan baik, berarti anak telah menjadi pemikir yang baik dan berdaya ingat kuat,” kata Dr. Elena Hoicka, psikolog dari Universitas Sheffield.

Tak Perlu Menghukum

Berbohong menjadi pertanda kecerdasan anak, namun tentu saja kewajiban orang tua untuk menanamkan nilai kejujuran dalam diri anak. Agar tidak menjadi kebiasaan yang terbawa hingga dewasa, orang tua harus meluruskan setiap kali anak berkata bohong. Namun tidak perlu menghukum keras ketika mereka ketahuan berbohong, karena ini tindakan yang kontraproduktif. Ketika dihukum, anak semakin sulit mengungkapkan kebenaran.

Lara Warmelink, psikolog dari Universitas Lancaster, Inggris, menyarankan agar orang tua tidak marah, membentak, apalagi langsung menghukum anak ketika mereka mengutarakan kebenaran—terutama ketika kebenaran itu mengandung hal buruk. “Jika Anda ingin anak mengakui kesalahan mereka, Anda harus memastikan mereka tidak akan mendapat masalah karena mengakuinya. Dan katakan kepada mereka bahwa kejujuran akan membuat Anda senang,” urai Warmelink.

Lee menyimpulkan, orang tua harus menyeimbangkan kenyataan, antara menerima bahwa berbohong adalah bagian normal dari kehidupan dan di sisi lain tetap menekankan kejujuran sebagai nilai kehidupan yang harus dipegang teguh anak. Menurut dia, menjabarkan akibat buruk berbohong sebenarnya tidak akan membuat anak bersikap lebih jujur. Akan lebih baik jika orang tua memberi contoh lewat kisah yang memuliakan efek positif dari berkata jujur.

(riz)

Penulis : Rizki Adis Abeba
Editor : Rizki Adis Abeba