Pernikahan (Nyaris) Tanpa Bercinta, Sehatkah?

redaksi | 13 Oktober 2019 | 23:59 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Malam pertama setelah resmi menikah, terkadang digambarkan begitu romantis. Menghabiskan malam berdua di kamar hingga siang menjelang. Tapi jangan bayangkan kedua mempelai selalu bisa bercinta malam itu juga. Tak ada yang mengelak pesta pernikahan menyedot begitu banyak energi, sehingga malamnya malah kelelahan. “Saking capeknya malah tidur,” beber Anto sambil berderai. Tak apa, toh masih ada malam-malam berikutnya yang bisa jadi pengganti “malam pertama” tadi. Yakin?

Pasangan yang sudah menikah bertahun-tahun dianggap sudah tak sesering dulu menjalani aktivitas bercinta. Sulit menduga persisnya, mengingat tak ada rumusan baku seberapa sering frekuensi bercinta yang bisa dijadikan patokan bagi semua orang. “Setiap orang punya batasannya masing-masing,” jelas Dean Mason, pengelola laman FixYourSexlessMarriage.com.

Tak ingin (lagi)...

Meski tak ada tolok ukur yang pasti, tampaknya sebagian besar merasakan hal yang sama. Pada 2003 silam, Newsweek menuliskannya sebagai laporan utama di bawah judul “We’re Not In the Mood” dan cerita ini tak pernah benar-benar hilang. Lalu The New York Times pernah melaporkan 15 persen pasangan menikah tidak bercinta dalam 6 bulan hingga satu tahun belakangan. 

Beberapa faktor bisa menjadi penyebab mengapa terjadi pernikahan (nyaris) tanpa bercinta. Psikoterapis Tina Tessina, PhD, penulis Money, Sex and Kids: Stop Fighting About the Three Things That Can Ruin Your Marriage, memberi daftar penyebab umum pernikahan (nyaris) tanpa bercinta: salah satu pihak merasa sakit hati atau ditolak berkali-kali, terlalu sibuk atau tak peduli, atau mereka punya masalah komunikasi. Judith Steinhart, seksolog di New York City memberikan alasan yang lebih spesifik. “Masalah dalam pernikahan seperti kurangnya rasa percaya, kecemasan, masalah keuangan, kesalahpahaman, tekanan dari anak-anak, semuanya bisa memengaruhi pola seksual pasangan.” Pertanyaannya, apakah menurunnya frekuensi bercinta menyebabkan masalah lain atau justru masalah lain-lain itu yang menghentikan kebiasaan bercinta? “Itu siklus,” terang Dean. Dengan kata lain salah satu bisa menyebabkan hal yang lain, hingga Anda tak tahu lagi yang mana penyebabnya.

Seberapa sering frekuensi bercinta pasangan yang bisa dikatakan sehat? Ini bervariasi dan menjadi pe-er tersendiri bagi pasangan untuk mencari jumlah yang paling tepat. Tina menyarankan setidaknya seminggu sekali. “Keintiman membuat Anda berdua lengket. Bercinta dibutuhkan untuk memupuk hubungan dengan pasangan. Anda akan merasa lebih bahagia dan dilimpahi kasih sayang jika secara rutin melakukannya.” Wajar terkadang rutinitas ini terlupakan, terutama di minggu-minggu yang penuh ketegangan. Sebagaimana diingatkan Judith, “Seks dan ekspresi seksual berubah sepanjang hubungan (pernikahan), menurun, hilang, dan terlupakan.” Tapi kabar baiknya, “Ini alami dan Anda bisa kembali pada rutinitas tadi dengan mudah.”

Tapi ingat, kalau sampai berbulan-bulan beralu tanpa bercinta, nah ini artinya untuk bicara terbuka. Jangan sampai tiba-tiba sudah setahun Anda tak bercinta dengan pasangan. Jika terlalu lama dibiarkan, akan lebih sulit menggali masalah sebenarnya. “Sudah terlampau banyak terkait dengan amarah dan rasa frustrasi. Bisa dipecahkan, tapi mungkin butuh waktu,” kata Tina mengingatkan. Bercinta terjadwal bisa menjadi solusi tepat. “Mungkin kedengarannya tidak romantis,” kata Dean. “Tapi dengan mengurus anak-anak, pekerjaan, dan beres-beres rumah, mungkin ini satu-satunya cara.” Sebut saja itu hari kencan Anda dengan pasangan. 

Tanpa bercinta, sehatkah pernikahan?

Para pakar sepakat, pernikahan tanpa bercinta tak bisa dibilang salah, tapi lebih menyengsarakan ketimbang yang bercinta secara rutin. Jadi tak ada salahnya meluangkan ekstra energi untuk masalah yang satu ini. Judith mengingatkan pasangan untuk lebih terbuka membicarakan hasrat seksual masing-masing “Fokusnya pada memberi dan menerima kepuasan,” tegas Judith. Kalau Anda yang tak ingin bercinta, coba cari tahu penyebabnya. Mungkin saja ini gangguan fisik yang harus dikonsultasikan dengan dokter atau perasaan negatif tentang sesuatu dalam hubungan Anda. “Jujurlah pada pasangan,” ujar Dean menyarankan. 

Berarti pernikahan (nyaris) tanpa bercinta tak apa-apa? “Ya,” tegas Judith. Sepanjang kedua pihak merasa bahagia dan puas dengan hubungan mereka. Makanya penting untuk membicarakannya dengan pasangan dan memastikan Anda berdua puas dengan hubungan yang dijalani selama ini. “Bukan kurangnya bercinta yang jadi masalah, tapi level hasrat bercinta yang biasanya tidak sama.” 

Penulis : redaksi
Editor : redaksi