Dokter di AS Makin Jarang Memberi Obat Batuk dan Flu untuk Anak, Ini Penyebabnya
TABLOIDBINTANG.COM - Ketika banyak orang tua yang langsung memberi anak bermacam obat batuk dan pilek ketika anaknya terserang flu dan batuk, para dokter anak di Amerika Serikat saat ini justru semakin mengurangi pemberian obat batuk dan pilek kepada anak-anak. Apa sebabnya?
Penelitian yang dilakukan di Sekolah Kedokteran Rutgers Robert Wood Johnson di New Brunswick, New Jersey, AS, mengungkapkan pembatasan pemberian resep obat batuk dan pilek untuk anak dilakukan sebab mereka meyakini bahwa memberikan obat batuk dan pilek untuk anak merupakan terapi penyembuhan yang kurang efektif bahkan dapat memberikan efek samping yang serius.
Rekomendasi untuk tidak memberikan resep obat batuk dan pilek kepada anak sebenarnya sudah mulai populer sejak 2008 silam, ketika Badan Pengawas Obat dan Makanan AS menyarankan dokter dan orang tua untuk tidak memberikan obat batuk dan pilek untuk anak di bawah dua tahun.
Segera setelah itu, para produsen obat menyarankan untuk tidak memberikan obat batuk dan pilek untuk anak di bawah usia empat tahun. Sedangkan Akademi Pediatri Amerika memberikan batasan yang lebih ketat, yakni di bawah usia enam tahun.
Untuk melihat bagaimana rekomendasi ini memengaruhi kebiasaan dokter dalam memberikan resep, para peneliti memeriksa data yang mewakili 3,1 miliar kunjungan anak selama 14 tahun, dari tahun 2002 hingga 2015. Mereka melihat resep obat batuk dan pilek dengan dan tanpa kandungan opioid atau obat penahan rasa nyeri serta antihistamin yang merupakan obat untuk mengatasi reaksi alergi.
Dibandingkan dengan tahun 2002 hingga 2008 - periode sebelum rekomendasi yang menentang penggunaan obat untuk anak- penelitian menunjukkan pada tahun 2009 hingga 2015 resep untuk obat batuk dan pilek nonopioid turun 70 persen untuk anak di bawah dua tahun. Dan rekomendasi untuk obat batuk dan pilek dengan opioid turun 90 persen untuk anak-anak di bawah enam tahun.
"Studi kami menunjukkan bahwa dokter merespons peringatan profesional terhadap anjuran untuk mengurangi penggunaan obat batuk dan pilek pada anak-anak," kata Dr. Daniel Horton, peneliti di Sekolah Kedokteran Rutgers Robert Wood Johnson di New Brunswick, New Jersey, yang memimpin penelitian ini.
(riz)
-
Peristiwa
Sejak 18 Oktober Kasus Gangguan Ginjal Akut pada Anak Terus Menurun
RedaksiSenin, 7 November 2022 -
Gaya Hidup
Teknologi Makin Canggih, Midea Luncurkan Robot Pembantu Ibu Rumah Tangga
RedaksiSenin, 7 November 2022 -
-
-
Gaya Hidup
Aktivitas Padat Bikin Kaum Milenial Abai dengan Imun Tubuh
RedaksiJumat, 4 November 2022 -
-
Gaya Hidup
Indonesia Fitness Summit 2022, Dorong Kesadaran Masyarakat untuk Berolahraga
RedaksiSelasa, 1 November 2022 -
Peristiwa
200 Vial Fomepizole Tiba di Indonesia, Didistribusikan ke Seluruh Rumah Sakit Rujukan
RedaksiSenin, 31 Oktober 2022 -
Gaya Hidup
Mengenal Erotomania Syndrome, Halusinasi Akan Cinta
Vallesca SouisaMinggu, 30 Oktober 2022