5 Hal yang Harus Dilakukan Orang Tua untuk Membentuk Kepercayaan Diri Anak

aura.co.id | 25 Juni 2020 | 23:59 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Orang tua pastinya ingin agar anak tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri. Namun terkadang orang tua lupa, untuk membuat anak menjadi orang yang percaya diri, anak membutuhkan dukungan dari lingkungan terdekat, yakni keluarga. Lantas apa saja yang harus dilakukan untuk menumbuhkan kepercayaan diri anak?

Dr. Roseanne Lesack, psikolog bersertifikat sekaligus direktur dari Yayasan Klinik Anak Unicorn di Universitas Nova Southeastern, Florida, AS, menyarankan lima hal yang harus dilakukan orang tua untuk membentuk kepercayaan diri anak.

1. Memuji Kerja Keras Anak

Orang tua harus selalu memuji kerja keras anak, bahkan jika mereka tidak mendapat nilai A atau memenangkan pertandingan sepak bola. Pujilah kegigihan anak dan upaya mereka dalam mengerjakan pekerjaan atau menghadapi sebuah tantangan dengan usahanya sendiri.

Dengan memastikan orang tua memuji anak atas usaha mereka sendiri, anak-anak akan merasakan sensasi kepercayaan diri yang sehat yang dihasilkan atas kerja kerasnya. “Anak-anak harus bisa mengatakan, ‘Saya percaya diri di bidang ini, karena saya bekerja keras. Saya sudah berlatih. Saya ingin jago melakukan ini'. Itu adalah hal yang bagus,” kata Roseanne Lesack.

Jika orang tua tidak memperhatikan gestur seperti ini, anak-anak mungkin akan merasa tidak berharga ketika mereka mengalami kegagalan meski telah berusaha keras. Jika dibiarkan, perasaan seperti ini akan memicu krisis kepercayaan diri.

2. Memuji Diri Sendiri

Anak yang percaya diri biasanya lahir dari orang tua yang juga percaya diri. Jadi, orang tua juga tidak boleh malu-malu dalam mengungkapkan kebaikan anak dalam hal kemampuan, kesuksesan, atau kualitas pribadi anak di depan orang lain. “Orang tua harus terbiasa bicara mengenai pencapaian mereka sendiri. Misalnya, ‘Saya sudah bekerja sangat keras pada proyek ini dan saya bekerja dengan baik karena saya serius mengerjakannya’,” Roseanne Lesack menyontohkan.

Tentu saja Anda harus memamerkan sesuatu yang nyata dan berdadaekan fakta, jangan mengada-ada apalagi membual. Roseanne Lesack menekankan, ketika orang tua terbiasa melakukan pembicaraan positif mengenai dirinya, anak akan menyerap kebiasaan tersebut.

3. Memuji Kemampuan Anak Secara Spesifik

Jangan memuji anak untuk hal-hal yang umum, namun pujilah kemampuan anak secara spesifik. Jangan hanya memuji, “Permainan yang bagus!”, tetapi cobalah mengatakan, “Waktu kamu mencetak goal di babak kedua, tendanganmu sangat bagus!”, atau, “Menjelang akhir pertandingan, pertahananmu sangat bagus apalagi saat melewati pemain nomor empat!”

Dengan memuji anak pada momen dan kemampuan spesifik, mereka memberikan kepercayaan diri yang nyata dan tidak dibuat-buat, bahwa sang anak telah menjadi bintangnya. Cara ini, menurut Roseanne Lesack, akan mengajarkan anak untuk mengetahui kemampuan dan kelebihannya secara lebih spesifik.

4. Jujur Pula Pada Kelemahan Anak

Agar anak menjadi orang yang percaya diri, namun tidak menjadi arogan, jangan berbohong tentang kelemahan anak. Ungkapkan pula apa kekurangan anak dan minta mereka untuk memperbaikinya.

Tapi bukan berarti Anda boleh mengatakannya dengan semena-mena seperti, “Kau sangat buruk pada matematika!” Cara bicara seperti itu tidak hanya bisa melukai hati anak, namun akan tertanam di pikirannya bahwa ia tidak pandai matematika. Cobalah mengatakan, “Beberapa orang memang harus berlatih lebih keras pada matematika dibanding anak mainnya, tapi tidak apa-apa. Kau pasti bisa kalau rajin berlatih soal matematika.”

Ketika anak-anak mengetahui kekurangannya dan ia mungkin butuh usaha lebih keras dibanding teman-temannya mereka juga belajar untuk meningkatkan harga dirinya dengan bekerja keras. Mengetahui kelemahan dirinya dan bahwa ada orang lain yang berkemampuan lebih dari yang ia punya juga akan menghindarkan anak dari rasa sombong dan arogan.

5. Ajarkan Anak Bekerja Dalam Tim

Dalam situasi tertentu, keberhasilan anak merupakan hasil dari kerja sama tim, misalnya dalam pertandingan sepak bola atau saat mengerjakan tugas berkelompok. Di situasi seperti ini, jangan lupa untuk memuji rekan-rekan satu tim anak Anda, termasuk mendorong anak untuk memuji teman-temannya.

“Anak-anak perlu tahu, kesuksesannya terkadang tidak muncul karena dirinya sendiri tetapi ada bantuan orang lain di dalamnya seperti teman satu tim sepak bola atau teman satu kelompok belajar. Mereka harus paham tanpa teman-temannya, belum tentu mereka memenangkan pertandingan atau berhasil menyelesaikan tugas kelompok tepat waktu,” kata Roseanne Lesack.

(riz/ari)

Penulis : aura.co.id
Editor : aura.co.id