Berkorban Demi Cinta? Masih Zaman?

aura.co.id | 7 September 2020 | 06:00 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Ladies, menikah bukanlah untuk membahagiakan atau (berharap) dibahagiakan pasangan, melainkan untuk berbahagia bersama. Intinya, hubungan yang sehat tidak menuntut pengorbanan salah satu atau kedua pihak.

Well, praktiknya tidak semudah teori. Anggia Chrisanti, konselor dan terapis DEPTH (deep psych tapping technique) dari Biro Konsultasi Psikologi Westaria, membagikan triknya agar terjauh dari kemungkinan hubungan tidak sehat atau melulu berkorban tanpa rasa bahagia.

1. Make sure about ourselves

Mengutip arahan pramugari pada setiap penerbangan sebelum pesawat lepas landas, yaitu, bagi yang membawa anak, gunakan masker untuk diri sendiri, baru bantu anak menggunakannya. Artinya, pastikan tentang “keselamatan” diri pribadi, baru berpikir tentang keselamatan orang lain. Jangan bersikap konyol dengan coba-coba berkorban dan menjadi pahlawan bagi orang lain -- sekalipun orang terdekat atau terkasih, saat kita bahkan tidak yakin akan keselamatan dan kebahagiaan diri kita pribadi.

2. Lakukan karena mau dan mampu

Jika berharap dunia berlaku adil karena Anda telah bersikap adil, maka Anda sedang membodohi diri sendiri. Ini seperti berharap singa tidak memakan Anda, hanya karena Anda tidak memakan mereka. Artinya, berbuat baik dan benar, harus karena kita tahu betul memang itu yang harus dilakukan dan kita mau melakukannya. Lalu ukur diri bahwa kita memang mampu melakukannya. Jangan melakukan sesuatu karena apa dan siapa, sehingga tidak akan pernah timbul sedikit pun penyesalan atau harapan akan timbal balik. Pun dengan pengorbanan. Lakukan jika Anda merasa itu pantas dilakukan, memang harus dilakukan, kita pun mau dan mampu melakukannya, tanpa sedikit pun berharap balasan.

3. Sabar itu tidak berbatas. Pengorbanan itu berbatas

Pengorbanan adalah buah dari pembelajaran (karena di dalamnya ada proses berpikir baik dan benar). Oleh karenanya, belajar berkorban juga berarti belajar untuk tidak berkorban. Ini cenderung sulit dilakukan, terutama oleh orang kita, orang Indonesia, yang punya tradisi manut dan nrimo. Padahal belajar melepaskan sesuatu yang tidak patut dipertahankan adalah suatu pengorbanan juga.

4. Melakukan yang Anda sukai itu kebebasan. Menyukai yang Anda lakukan itu kebahagiaan

Terlepas dari benar salah, baik buruk, pantas dan tidak pantas, tentu pada dasarnya kita berhak dan bebas melakukan apapun yang kita ingin lakukan. Namun, saat tujuan akhir kehidupan adalah bahagia yang hakiki, maka apa yang kita lakukan seharusnya bisa membuat kita bahagia. Dan apapun, termasuk pengorbanan, menjadi sah saja selama itu membuat kita bahagia.

 

Penulis : aura.co.id
Editor : aura.co.id