3 Masa dalam Perkawinan yang Rawan Perselingkuhan

aura.co.id | 3 Oktober 2020 | 23:59 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Menurut psikiatri Dr Raj Persaud, ada 3 titik dalam perkawinan yang harus diwaspadai oleh setiap pasangan suami-istri. Di 3 titik inilah biasanya penyelewengan gampang terjadi. Masa-masa rawan itu adalah:

5 tahun pertama perkawinan

Pada fase ini, suami-istri mengeluarkan energi yang sangat besar untuk melakukan aneka penyesuaian. Menurut buku Marriage for Moderns susunan Henry A. Bowman (Mcgraw-Hill Book Company, 1965), 5 tahun pertama perkawinan merupakan tahap transisi dari masa lajang ke masa perkawinan.

Sejumlah transisi yang harus dilakukan suami-istri antara lain mencakup:

1. Transisi dari "kemandirian" menuju "hubungan tim". Kalau sebelum menikah manusia adalah makhluk individu, setelah menikah ia harus mensinkronisasikan dirinya dengan pasangan hidupnya, menjadi satu tim.

2. Transisi dari pola hubungan seks pranikah yang terbatas, tidak teratur, dan bebas dengan siapa saja, menuju pola hubungan seks yang bebas, teratur, dan eksklusif dilakukan hanya dengan pasangan.

3. Transisi dari hubungan romantik yang relatif tanpa tanggung jawab, menuju hubungan yang mapan dan dibebani tanggung jawab.

4. Transisi dari status sebagai anak menuju status suami/istri. Berarti kewajiban terhadap orangtua menjadi longgar, dan beralih pada tanggung jawab terhadap pasangan.

Masa kelahiran anak

Ini termasuk fase yang kritis bagi suami istri. Selain merasa bahagia dan bangga dikaruniai momongan, pasangan suami istri dihadapkan pada masalah baru. Suami, misalnya, merasa diabaikan istri yang sibuk mengurus tetek-bengek keperluan bayi. Istri pun merasa lelah mengurus momongan, sehingga tak bergairah melakukan hubungan seks. Ada pula kecemasan suami tak lagi tertarik padanya, akibat perubahan fisik (istri jadi lebih gemuk setelah melahirkan, dst). Hubungan seksual pun mengendur, yang dimulai sejak istri mengandung. Istri takut hubungan seks mencelakakan bayi yang dikandung. Atau suami yang malahan diliputi rasa takut seperti itu. Absen melakukan hubungan seksual ini dalam jangka waktu yang relatif lama (ada yang sampai setahun setelah istri melahirkan), bukan hanya membuat suami istri kehilangan kontak fisik. Mereka juga mengalami hambatan dalam berkomunikasi. Saat-saat inilah yang harus diwaspadai suami istri.

10 tahun masa perkawinan

Memasuki 10 tahun masa perkawinan, suami istri mulai dijangkiti rasa bosan. Aktivitas sehari-hari, termasuk hubungan seksual, berlangsung rutin dengan pola tertentu. Masing-masing pihak sudah tahu pasti reaksi yang akan diberikan pasangannya dalam situasi tertentu. Bila tidak buru-buru mengantisipasi dengan cara membuat kejutan di sana-sini, bukan tidak mungkin salah satu pihak -- atau bahkan kedua-duanya -- tergoda untuk mencari pengalaman baru dengan orang lain di luar rumah.

Penulis : aura.co.id
Editor : aura.co.id