5 Mitos Seputar Nutrisi yang Patut Diluruskan, Termasuk Kafein Picu Dehidrasi

Adi Adrian | 23 Oktober 2020 | 00:13 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Gaya hidup sehat terus menggema di tengah meluasnya pandemi Covid-19 di Indonesia. Namun masih saja ada salah kaprah seputar nutrisi yang beredar di masyarakat. Karenanya, hasil survei Herbalife Nutrition Asia Pacific Nutrition Myths Survey 2020 diumumkan lewat gelar wicara virtual untuk mengungkap fakta dari sejumlah mitos. Acara ini digelar Herbalife Nutrition Indonesia dengan mengundang narasumber Pakar Nutrisi dan Dosen Departemen Gizi Masyarakat Institut Pertanian Bogor, Dr. Rimbawan serta Senior Director and Country General Manager Herbalife Nutrition Indonesia, Andam Dewi.

Ada sejumlah mitos yang berkembang di kawasan Asia Pasifik. Pertama, karbohidrat menambah bobot. Faktanya, mengonsumsi karbohidrat saja tak menyebabkan penambahan berat badan, tapi juga menambah kalori. Filosofi Herbalife Nutrition merekomendasikan karbohidrat hanya memenuhi 40 persen kebutuhan kalori harian. Sumber karbohidrat yang sehat seperti sayur, buah, kacang-kacangan dan biji-bijian juga memberikan nutrisi penting seperti kalsium, zat besi dan vitamin B. Kedua, kafein memicu dehidrasi.

Faktanya, meski kafein bersifat diuretik (menyebabkan naiknya laju urinasi), konsumsi dua-tiga cangkir kopi tak membuat kita dehidrasi. Ketiga, diet ketogenik cara sehat mengurangi berat badan. Faktanya, asupan karbohidrat yang rendah, protein sedang, dan tinggi lemak mendorong tubuh menjadikan lemak bahan bakar. Ini memicu turunnya berat badan. Namun untuk menurunkan berat badan secara berkelanjutan, diet seimbang plus olahraga teratur adalah cara terbaik. Keempat, makin berumur, makin sedikit protein yang dibutuhkan.

Begini, memasuki usia 40 tahun, kita akan mengalami penurunan fungsi dan massa otot secara bertahap. Proses ini bisa dimitigasi dengan meningkatkan asupan protein dan melatih fisik sesuai usia. Terakhir, bubuk protein bukan sumber makanan sehat jika dibandingkan dengan protein dari makanan alami. Faktanya, ia bisa jadi sumber protein sebaik makanan dari bahan alami jika berasal dari bahan yang berkualitas dan diproses berdasarkan sains. Merespons sejumlah fakta di balik mitos, Rimbawan mengatakan, “Penting mengungkap kebenaran informasi nutrisi. Ini membantu konsumen di Asia Pasifik mendapat pengetahuan nutrisi yang mereka butuhkan untuk mencapai hasil kesehatan yang diinginkan.”

Penulis : Adi Adrian
Editor : Adi Adrian