1001 Alasan Pria Mengkhianati Cinta Pasangan Wanitanya

Redaksi | 23 Maret 2021 | 23:59 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Ada 1001 alasan pria mengkhianati cinta pasangannya. Ada yang dapat diterima akal, tak sedikit pula yang dibuat-buat hanya untuk menjustifikasi pengkhianatan. Mau tahu apa saja alasan yang umum dikedepankan?     

1. Bersaing dengan pekerjaan

''Dia lebih intim dengan pekerjaannya ketimbang dengan saya. Lama-lama saya jenuh, juga merasa diabaikan. Kebetulan ada orang lain yang memperlakukan saya bak raja. Ya, beralihlah saya ke pelukannya.'' 

2. Dipisahkan jarak

''Dulu kami memang saling cinta dan berjanji untuk sehidup semati. Tapi begitu dipisahkan jarak (dia harus sekolah di luar negeri), saya tidak tahan. Apalagi saya bertemu banyak wanita menarik di sekitar saya. Akhirnya, ya begitulah. Saya lalu bilang padanya, 'Kita tak mungkin begini terus'.'' 

3. Pembalasan setimpal

''Ini bukan salah saya. Dia duluan yang berkhianat. Dia pergi dengan bosnya keluar kota. Memang untuk urusan pekerjaan, katanya. Tapi saya tahu dia bersenang-senang di sana. Jangan salahkan kalau saya kemudian juga menyenang-nyenangkan diri dengan yang lain. Pembalasan yang cukup setimpal 'kan?''

4. Dia yang mengejar

''Tak pernah terlintas dalam pikiran saya untuk mendekati wanita lain, apalagi sampai mengkhianati pasangan. Tapi wanita itu terus mengejar saya. Dia juga senang bermanja-manja dengan saya. Saya tak kuasa menolak. Apalagi dia sangat menarik. Dan yang lebih penting, dia suka pada saya. So, tanpa diniati, saya pun terlibat affair dengannya. Tapi cuma dua bulan kok!''

5. Soal ego lelaki

''Setelah beberapa bulan pacaran, dia bilang, sikap saya terlalu kekanak-kanakan dan saya tidak bisa melindunginya. Ini jelas menampar ego laki-laki saya. Untuk membuktikan penilaiannya itu salah, saya coba jalan dengan wanita lain. Dan hasilnya?  Wanita itu bilang saya hebat. Saya benar-benar merasa dihargai. Maaf-maaf saja kalau saya pun berpindah kepadanya -- wanita yang menghargai saya sebagai lelaki.''

6. Tertantang wanita impian

''Saya mengkhianatinya karena akhirnya saya memperoleh kesempatan memiliki wanita impian saya -- impian hampir semua lelaki. Dia tidak hanya cantik dan seksi, tapi juga tahu bagaimana menyenangkan pria. Sayang dong kalau kesempatan sebagus ini dilepas. Lagian dipikir-pikir, saya punya 'modal' cukup untuk menaklukkannya. Kenapa tidak dicoba? Ini tantangan bagi seorang lelaki. Bangga 'kan kalau bisa memacari cewek tercantik.''

7. Membuktikan kecurigaan

''Kami sudah lama menjalin hubungan. Dia pun tahu dari dulu saya bekerja di dunia yang memungkinkan bertemu banyak wanita muda dan menarik. Tapi kesalnya, dia selalu saja curiga. Capek juga lama-lama dicurigai terus. Suatu hari terbersit dalam pikiran, kenapa tidak sekalian saja dicoba. Kebetulan saya bertemu seseorang yang menarik. Dia pun memberi respon. Dan, ssst, dia begitu menggairahkan. Beda betul dengan pacar saya yang bisanya menggerutu melulu. Jelas, saya memilih wanita yang lebih menerima dan mengerti saya dong.'' 

8. Ada yang kurang

''Awalnya hubungan saya dengannya berlangsung lancar. Tapi semakin dekat, saya makin merasakan ada sesuatu yang kurang. Dia tidak hangat saat saya memesrainya. Selain itu, kami jarang bicara dari ke hati, sehingga sulit buat saya untuk mengungkapkan ganjalan itu. Sampai suatu saat, entah mengapa, saya 'kebablasan' dengan rekan sekantor. Dengannya, saya mendapatkan yang selama ini saya cari dan tidak saya dapatkan sebelumnya.''

9. "Minder"

''Ketika pertama kali mengenalnya, dia bukan siapa-siapa. Tapi belakangan kariernya melesat, jauh melebihi saya. Dia makin dikenal dan populer. Bukannya takut tersaingi atau minder. Tapi saya pikir-pikir lagi, apakah saya bisa terus bersamanya dengan keadaan seperti itu. Lebih jauh lagi, apakah dia bahagia dengan saya. Daripada nantinya susah, lebih baik saya dengan yang biasa-biasa saja deh.''

10. Dikejar komitmen terlalu dini

''Dia terlalu sering menanyakan keseriusan saya. Padahal kami baru jalan tiga bulan. Bagi saya ini terlalu cepat dan berlebihan. Saya bahkan belum tahu apakah saya benar-benar mencintainya atau tidak. Lantas, suatu kali seorang teman wanita mengajak saya menemaninya ke pesta. Usai itu, kami berjalan-jalan di mal dan menghabiskan waktu hingga larut di kafe. Rasanya nyaman sekali jalan dengan wanita tanpa beban apa-apa. Ini pelarian yang sungguh melegakan buat saya.''

Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi