Agar Anak Tak Melancarkan Aksi Tantrum, Orangtua Jangan Paksakan Keinginan

Rizki Adis Abeba | 26 Maret 2017 | 12:00 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Drew Barrymore tidak mengambil pusing ketika putrinya mengalami tantrum di Disneyland.

Persoalan yang dihadapi Drew pasti pernah dialami banyak orang tua. Lelah, bosan, mengantuk, atau lapar bisa memicu tantrum pada balita, di mana pun Anda berada.

Dalam kasus anak Drew, persoalan utamanya bukan sekadar ingin menangkap bebek dan burung namun tidak dituruti. Masalah sesungguhnya, Olive terlalu lelah.

Drew tak memungkiri, sebagai ibu ia tidak mau membuang waktu di taman hiburan.

“Terkadang kita terlalu memaksakan diri, karena berpikir, 'Kita sudah sampai di sini! Lewatkan saja tidur siang! Ayo, pergi, pergi, pergi!' Kita ingin memaksimalkan (waktu) di sana. Selalu berakhir begitu,” urai Drew.

Terkadang orang tua egois, tidak mau melewatkan satu wahana permainan pun karena ogah rugi.

Jika tujuannya untuk membahagiakan anak, ikutilah peraturan anak. Ketika mereka mengantuk, biarkan saja mereka tidur siang. Ini sebabnya membawa stroller atau kereta dorong anak sangat disarankan jika anak Anda masih balita.

Namun jangan khawatir, taman hiburan besar biasanya menyediakan penyewaan stroller. Pastikan pula anak tidak kelaparan dan kehausan. Perhatikan aturan mainnya, karena ada taman hiburan yang melarang pengunjung membawa makanan dan minuman dari luar. Sediakan anggaran lebih untuk membeli makanan di dalam taman hiburan – yang pastinya harganya berlipat ganda.

Jangan pula paksakan obsesi orang tua terhadap permainan yang tidak menarik minat anak, karena akan menimbulkan trauma. Sebelum datang ke sebuah taman hiburan, ajaklah anak mencari tahu soal permainan apa saja yang ada di sana, lalu biarkan ia memutuskan permainan apa saja yang ingin dinikmati.

Jangan salah, peluang anak tidak menikmati taman hiburan karena faktor lain tetap ada. Kami punya pengalaman mengajak anak berusia 3,5 tahun yang tergila-gila pada dinosaurus ke sebuah taman hiburan dengan wahana rumah dinosaurus di dalamnya.

Sesuai rencana, wahana dinosaurus yang pertama dituju. Alih-alih gembira melihat dinosaurus, anak kami ketakutan setengah mati melihat wujud dinosaurus yang bisa bergerak dan bersuara seram. 

Meski menyukai dinosaurus – dalam buku dan video – mentalnya belum cukup kuat bertemu dinosaurus yang menyerupai wujud asli. Setelah masuk ke rumah dinosaurus, anak kami meminta pulang, tidak mau mencoba wahana apa pun. Jangan ditanya betapa kesal dan menyesalnya kami hari itu.

 

(riz/gur)

 

Penulis : Rizki Adis Abeba
Editor : Rizki Adis Abeba