Mengenal Para Pemenang Perempuan Bintang Awards 2018 (Bagian 4)
TABLOIDBINTANG.COM - Proses voting untuk memilih siapa yang terbaik dari para pemenang Perempuan Bintang Awards (PBA) 2018 sedang berlangsung. Voting terbuka untuk umum dan akan ditutup pada 14 Desember mendatang. Bagi 30 pemilih beruntung akan mendapat kenangan-kenangan dari Media Bintang Indonesia. Malam puncak PBA 2018 akan berlangsung pada 20 Desember 2018.
Perempuan Bintang Awards 2018 merupakan ajang penghargaan untuk perempuan-perempuan Indonesia. Anugerah ini untuk mengapresiasi pencapaian, karya, usaha, pengabdian, aktualisasi diri para perempuan Indonesia.
Total terdapat 9 kategori utama dan 3 kategori penghargaan khusus dalam ajang PBA 2018. Setiap kategori terdapat masing-masing 3 pemenang. Di bagian keempat ini, mari kita mengenal 6 pemenang berikut.
Bintang Pengusaha (Nurhayati Subakat, 68 tahun)
CEO PT Paragon Technology and Innovation (PTI) ini masuk dalam daftar 25 pebisnis perempuan paling berpengaruh versi Forbes Asia tahun ini. Nurhayati telah menggeluti dunia bisnis kecantikan selama 33 tahun melalui PTI. Di tahun 1993, Nurhayati meluncurkan label kosmetik Putri. Kemudian disusul label pionir kosmetik halal, Wardah di tahun 1995. Wardah sukses menembus pasar Indonesia dan diperkirakan memegang 30% pasar produk kecantikan di Indonesia di tahun 2017. Label Wardah juga menyabet sederet penghargaan seperti Indonesia Original Brand dan Top Brand Award.
Meraih prestasi, Nurhayati berharap kelak Wardah bisa menjadi global brand dan masuk dalam 10 besar label kosmetik dunia. Penerima Anugerah Kepemimpinan Perempuan Indonesia 2015 ini mengungkapkan perusahaan yang dibinanya mengutamakan nilai kekeluargaan dan menjaga aspek spiritual. Ia juga mengingatkan pentingnya berinovasi dan bersabar. Selain Wardah, Nurhayati juga mengembangkan label kosmetik Make Over.
Bintang Pemerintahan (Susi Pudjiastuti, 53 tahun)
Menteri Kelautan dan Perikanan ini tak hanya dikenal masyarakat Indonesia. Susi juga dikenal publik internasional karena dedikasinya menjaga laut Indonesia. Tiga pilar utama yang diterapkan Susi sebagai menteri adalah kedaulatan, pembangun berkelanjutan, dan kemakmuran. Tujuannya demi menjaga masa depan laut Indonesia lewat sejumlah kebijakan "berani". Salah satunya, menenggelamkan kapal asing ilegal di perairan Indonesia.
Ibu 3 anak ini juga merupakan pebisnis. Susi mendirikan PT ASI Pudjiastuti Marine Product yang fokus pada industri ekspor makanan laut dan PT ASI Pudjiastuti Aviation yang mengoperasikan Susi Air. Berkat sejumlah prestasi ini, Susi dianugerahi puluhan penghargaan. Di antaranya, Leaders for Living Planet Award 2016 dari WWF, Peter Benchley Ocean Awards 2017 dan Seafood Champion Awards 2017.
Bintang Muda (Mesty Ariotedjo, 29 tahun)
Wanita bernama lengkap Dwi Lestari Pramesti Ariotedjo ini punya kepedulian pada isu kesehatan yang tinggi. Lulus dari fakultas kedokteran Universitas Indonesia tahun 2012 lalu, Mesty langsung mengabdi di RSUD Ruteng, Flores, NTT selama setahun. Hati Mesty tersentuh ketika melihat fasilitas kesehatan yang tidak memadai di daerah tersebut padahal masyarakat sekitar memiliki jaminan kesehatan. Pengalaman ini yang mendorong wanita yang kini tengah menempuh pendidikan dokter spesialis anak ini ikut mendirikan situs Wecare.id di tahun 2015.
Situs ini dibangun untuk mengumpulkan dana bagi pasien-pasien yang memiliki kemampuan finansial terbatas khususnya di daerah terpencil. Dalam 2 tahun pertama, situs ini berhasil membiayai lebih dari 400 pasien di seluruh Indonesia dengan total donasi melampaui Rp 5 miliar. Selain fokus di dunia kesehatan, wanita yang masuk daftar Forbes 30 Under 30 Asia ini juga memiliki minat di dunia musik. Mesty merupakan duta Yayasan Musik Sastra Indonesia (YMSI). Bersama dengan YMSI, wanita yang jago bermain harpa ini mendirikan sekolah musik gratis untuk anak-anak kurang beruntung, Children in Harmony di tahun 2010.
Bintang Komunitas (Mia Sutanto)
Berangkat dari pengalaman menyusui anak pertamanya, Mia mendirikan Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI). Menjadi ibu di tahun 2004, Mia bertekad memberi ASI untuk anaknya. Seperti ibu lainnya, ia menganggap menyusui adalah sesuatu yang alami dan mudah. Kenyataanya, Mia mengalami berbagai permasalahan seputar menyusui dan bingung harus mencari bantuan kemana. Akibatnya, putri Mia tak mendapatkan ASI eksklusif dan hanya disusui selama 10 bulan.
Awal tahun 2007, Mia mengikuti pelatihan konselor menyusui yang diselenggarakan Sentra Laktasi Indonesia. Setelahnya, ia mulai mengedukasi orang terdekatnya. Ibu 2 anak ini juga bergabung di milis ASIFORBABY. Usai bertemu dengan ibu-ibu menyusui dari milis tersebut, semua sepakat mendirikan support group untuk ibu menyusui. Berdirilah Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia pada April 2007. Berkat dedikasinya, pengawas AIMI (2018-2023) ini kerap menjadi narasumber dalam diskusi yang menyangkut topik menyusui. Peraih Forbes Indonesia Inspiring Women 2016 ini juga merupakan tim penyusun RAPERDA Pemberian ASI & Ruang Menyusui Pemprov DKI Jakarta tahun 2016.
Bintang Profesi (Najwa Shihab, 41 tahun)
Wanita yang akrab disapa Nana ini terkenal sebagai pembawa acara Mata Najwa. Sepak terjang sarjana Hukum Universitas Indonesia ini dimulai ketika ia bergabung dengan Metro TV sebagai jurnalis. Salah satu peliputannya yang terkenal adalah musibah tsunami Aceh tahun 2004 silam. Laporan Nana dinilai memberi andil bagi meluasnya empati masyarakat akan tragedi kemanusiaan ini. Laporan-laporan ini juga mengantarkan Nana memperoleh penghargaan dari PWI Pusat dan PWI Jaya di tahun 2005.
Pada Agustus 2017 lalu, Nana memutuskan hengkang dari Metro TV. Namun program Mata Najwa tetap berlangsung dengan pindah ke Trans 7 dan mengisi slot waktu tayang yang sama. Di tahun 2018, Nana mendirikan perusahaan berita dan media digital yang menghasilkan berbagai konten. Tiga pilar utama dalam Narasi TV adalah anti korupsi, toleransi dan partisipasi. Selain sibuk sebagai pembawa berita dan mengurus Narasi TV, Nana juga mengemban tugas sebagai Duta Baca Indonesia dan Duta Pustaka Bergerak. Di dunia internasional, Nana pernah terpilih sebagai Young Global Leader oleh The World Economic Forum (2011) dan Most Progressive Figure oleh Forbes Magazine (2015).
Bintang Seni dan Budaya (Sheila Timothy, 47 tahun)
Di balik sukses Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212, ada sosok Sheila Timothy. Ini adalah film kelima yang diproduseri Sheila di bawah Lifelike Pictures, yang didirikannya bersama sang suami, Luki Wanandi, tahun 2008. Di tahun yang sama, kakak aktris Marsha Timothy ini juga memproduseri film pertamanya, Pintu Terlarang. Disusul dengan film Modus Anomali di tahun 2012.
Keduanya sukses diterima di dunia internasional. Pintu Terlarang meraih 2 penghargaan di Festival Film Indonesia dan menang sebagai Best Film di Puchon International Fantastic Film Festival 2009. Sedangkan, Modus Anomali diputar di sejumlah negara seperti Jerman, Perancis, dan Inggris. Setelahnya, Sheila menjabat sebagai Ketua Asosiasi Produser Film Indonesia selama periode 2013-2016. Di tahun 2014, Sheila memproduseri film drama keluarga, Tabula Rasa. Film ini meraih 4 Piala Citra. Selanjutnya, Sheila merilis film panjang dokumenter di tahun 2017. Berjudul Banda the Dark Forgotten Trail, film ini meraih penghargaan sebagai Film Dokumenter Panjang Terpilih di Piala Maya 2017.
-
Berita
Dukung Pemberdayaan Perempuan Indonesia Melalui Stellar Women Entrepreneurship Academy
RedaksiJumat, 12 Maret 2021 -
Film Tv Musik
Trio Kamila Ingin Perempuan Bintang Awards Sering Diselenggarakan
Yohanes Adi PamungkasSenin, 4 Maret 2019 -
-
-
Berita
Yenny Meliana Berharap Indonesia Mencapai Kemandirian Bahan Baku Obat Malaria
YuriantinSenin, 7 Januari 2019 -
Berita
Ayu Diah Pasha: Perempuan Memiliki Banyak Peluang Untuk Berkarier
Wayan DianantoSabtu, 5 Januari 2019 -
Berita
Najwa Shihab: Kebahagiaan Jurnalis Itu Ketika Karyanya Membawa Dampak Kemajuan
Wayan DianantoMinggu, 30 Desember 2018 -
Peristiwa
PBA 2018: Mengapresiasi Pencapaian, Karya, dan Pengabdian Perempuan Indonesia
Agestia & YuriantinJumat, 28 Desember 2018 -
Berita
Najwa Shihab Harap NARASI TV Tak Kalah dengan TEMPO dan TABLOID BINTANG
Christiya Dika HandayaniSelasa, 25 Desember 2018