Tidak Bermesraan Tapi Tetap Mesra, Mungkinkah Ini yang Dinamakan Keintiman Intelektual?

Wida Kriswanti | 31 Maret 2021 | 23:00 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Keintiman selama ini sering dimaknai secara sempit. Keintiman selalu diidentikkan dengan kemesraan yang melibatkan sentuhan fisik. Tapi pernahkah Anda melihat, atau mungkin mengalaminya sendiri, situasi ketika kemesraan terasa begitu nyata, padahal cuma lagi ngobrol.

Maka inilah yang dinamakan keintiman intelektual. Yaitu ketika seseorang merasa terpuaskan dan bahkan bahagia hanya dengan mendengarkan pasangannya menyampaikan pikiran-pikirannya, argumen-argumennya tentang kehidupan, atau pengetahuannya yang bisa jadi sangat random.

Karena ini adalah keintiman, maka obrolan yang terjadi bukan berarti mencari siapa yang benar atau memenangkan perdebatan. Sama sekali tidak mengarah pada konflik, karena masing-masing pihak dalam hubungan tersebut memiliki kebebasan berpikir dan merasa bahwa pendapatnya bernilai, sehingga tidak ada perasaan ditekan atau dipaksa sependapat, seperti dilansir dari Mind Body and Green.

Dan perasaan positif inilah yang kemudian membuat kedua belah pihak merasa sangat dicintai dan dihargai satu sama lain. Kuncinya, salah satu pihak tidak merasa tengah diserang pihak lainnya.

Nah, untuk lebih mendapatkan gambaran utuh mengenai keintiman intelektual, berikut ini beberapa contoh kasus yang mungkin bisa menjadi cerminan.

1. Pasangan berdebat tentang pentingnya pendidikan di perguruan tinggi. Namun tidak ada pihak yang merasa benar atau diakui kebenarannya. Pokoknya senang saja mendengarkan bagaimana pasangan merasionalkan pandangannya tentang sesuatu.

2. Pasangan berbeda pendapat tentang aktor yang dianggap paling pas memerankan Joker. Paham benar bahwa ini cuma perdebatan berbasis opini, namun kedua belah pihak justru menikmatinya sebagai sesuatu yang seru.

3. Pasangan membuka diskusi tentang tujuan hidup yang hakiki. Mereka sama-sama percaya bahwa tak ada jawaban pasti atas pertanyaan semacam, "Apa, sih artinya hidup ini?" Baik pihak suami atau istri sama-sama berbagi ide tentang hal ini, dan sama-sama menerima apapun pandangan yang dikemukakan.

4. Pasangan membaca buku yang sama. Alih-alih memaksa menjelaskan atau merasa paling memahami maksud dan tujuan penulisnya, pasangan yang memiliki keintiman intelektual akan lebih memilih berbagi kesan dan bagaimana buku tersebut memengaruhi mereka.

Penulis : Wida Kriswanti
Editor : Wida Kriswanti