3 Cara Agar Anak Remaja Jadi Lebih Terbuka kepada Orang Tuanya

Wida Kriswanti | 21 Mei 2021 | 20:00 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Merasa buntu terkait komunikasi dengan anak yang sudah berusia remaja? Bukan Anda saja yang mengalaminya. Banyak orang tua lain yang sama merasakan kesulitan, bahkan untuk sekadar membuka percakapan sehari-hari.  

Diungkapkan para pakar, seperti dilansir dari Pure Wow, setidaknya ada 3 kalimat yang bisa dikatakan kepada anak usia remaja sebagai "pancingan". Dampaknya tak hanya membangun komunikasi positif antara orang tua dan anak remajanya. Tapi anak juga akan bertumbuh sebagai individu yang lebih percaya diri dan memandang positif terhadap dirinya sendiri. 

Berikut ini ketiga kalimat kunci tersebut.

1. Katakan "Mama butuh bantuanmu" 

Anda ingin anak remaja Anda bertumbuh menjadi versi terbaik mereka. Begini caranya. Saat ada kesempatan mengobrol yang sedikit tidak formal dan tidak bertatap muka langsung, misalnya saat sama-sama duduk di sofa menonton televisi atau saat menyetir mengantarkan anak ke sekolah, katakan "Mama butuh bantuan kamu. Bagaimana ya caranya biar mama jadi orang tua yang bisa bikin kamu sukses dan bahagia?" Tunggu reaksi atau jawaban anak. Mungkin apa yang anak katakan akan membuat terkejut. Namun apapun jawaban mereka, komentari secara positif, seperti, "Wah, iya juga ya. Boleh, deh nanti Mama coba."

2. Katakan "Mama bangga sama kamu"

Tidak peduli seberapa nakal atau pemberontaknya mereka, anak remaja tetap menganggap penting pandangan orang tua. Maka sempatkanlah untuk mengatakan jika Anda bangga kepada mereka, dalam situasi apapun. Tidak perlu menunggu mereka melakukan sesuatu yang luar biasa. 

3. Katakan "Hei, Mama punya 7 kata yang mau ditanyakan ke kamu"

Cukup sulit mengorek perasaan anak remaja, padahal sebagai orang tua, Anda bisa membaca bahwa sesuatu yang buruk sedang dialami mereka. Maka alih-alih bertanya, "Kamu kenapa?", cobalah ajukan pertanyaan yang lebih mirip sebuah kuis atau game. Katakan, "Mama punya 7 kata yang pengin ditanyakan ke kamu. Sakit hati, takut, marah, malu, sendirian, kesepian, lelah, pilih salah satu!" 

Setelah anak memilih salah satunya, berikan pertanyaan lanjutan. "Coba cerita kenapa?" Kemudian setelah makin lancar, ajukan lagi pertanyaan lainnya dengan serius tapi santai, "Kapan kejadiannya?", "Teman kamu tahu, enggak?", dan seterusnya sesuai jawaban yang diberikan anak. 

Semakin terbiasa melakukannya, semakin meningkat kualitas komunikasi antara orang tua dan anak remajanya.

Penulis : Wida Kriswanti
Editor : Wida Kriswanti