Jangan Malu Alami Gangguan Kesehatan Mental, 2 Artis K-Pop Ini Mengaku Pernah Mengalaminya
TABLOIDBINTANG.COM - Kesehatan mental masih menjadi hal yang cukup tabu di beberapa negara, termasuk di Indonesia. Padahal, pandemi Covid-19 ternyata banyak memicu gangguan kesehatan mental, dari skala ringan hingga berat.
Jika tidak ditangani dengan benar, gangguan ini bisa saja memburuk dan mengganggu kesehatan secara keseluruhan, bahkan memicu bunuh diri.
Perlu dipahami, gangguan mental bisa terjadi pada siapapun. Oleh sebabnya, kita tak perlu malu untuk meminta bantuan ketika gejalanya mulai muncul dan mengganggu kehidupan kita.
Dua idola K-Pop keturunan Korea-Amerika, Eric Nam dan Jae dari ‘DAY6’, mengaku pernah mengalaminya. Pengalaman ini membuat mereka giat mengkampanyekan pentingnya kesehatan mental
Pada kesempatan berbeda, Eric Nam dan Jae pernah mengalami serangan panik. Namun, gejala yang mereka alami hampir mirip, yaitu merasa sakit di dada seperti terkena serangan jantung.
Mereka berdua juga sama-sama tak menyadari bahwa apa yang mereka alami adalah gejala gangguan kesehatan mental. Baru setelah beberapa lama, mereka menyadari apa yang menimpanya itu serangan panik.
Kejadian ini lalu membuat Eric dan Jae tergerak untuk mengkampanyekan betapa pentingnya kesehatan mental. Keduanya kerap menceritakan pengalaman pribadi mereka kepada publik dengan harapan semakin banyak orang yang peduli dan sadar dengan kesehatan mental.
Mereka juga tak sendiri. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat ada 1 miliar orang di dunia yang hidup dengan gangguan mental. Bahkan, setiap 40 detik satu orang meninggal karena bunuh diri.
Menjaga kesehatan mental
Seperti kata pepatah, mencegah lebih baik daripada mengobati. Begitupun dengan mental kita. Karena gangguan mental bisa menyerang siapa saja, terutama saat pandemi ini, kita sebaiknya mulai menjaga kesehatan mental kita.
Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) memberikan tips untuk menjaga kesehatan psikis selama masa wabah ini. Psikiater Lahargo Kembaren menyebutkan yang pertama adalah membatasi informasi yang berlebihan.
Informasi yang dimaksud, bisa berupaya berita yang tidak dipertanggungjawabkan kebenarannya. Menurutnya, “mengambil jarak sejenak” dari informasi tersebut akan baik bagi kesehatan jiwa. Jika butuh informasi, lanjut Lahargo, pilihlah sumber resmi dan terpercaya.
Pasalnya, membaca informasi dari sumber yang keliru justru akan membuat kita lebih cemas, lebih khawatir, dan memungkinkan untuk memunculkan masalah kesehatan jiwa.
Selain itu, masyarakat juga perlu mengatasi berbagai kondisi perasaan yang tidak nyaman akibat Covid-19 dengan melakukan hal-hal positif seperti berolahraga, melakukan aktivitas yang produktif, menjalankan hobi, istirahat yang cukup dan tidak mengonsumsi makanan atau minuman yang dapat merusak kesehatan.
Dia juga menekankan untuk menghindari merokok, minum alkohol atau narkoba untuk mengatasi perasaan tidak nyaman. Mengonsumsi zat yang terkandung di dalamnya tidak akan menyelesaikan masalah.
Akan tetapi bila mulai mengalami stres atau perasaan tidak enak, dia menyarankan untuk berkonsultasi kepada profesional kesehatan jiwa seperti psikiater, perawat jiwa, psikolog, konselor atau dokter. Semua itu akan membantu kita untuk mendapatkan pertolongan yang cepat dan tepat.
Jika belum dirasa perlu, Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) menyarankan untuk bercerita pada orang yang dipercaya untuk membantu meredakan perasaan seperti sedih, cemas, takut, marah, frustasi.
Atasi stres, pikiran, dan perasaan yang berat dengan melakukan manajemen stres seperti latihan pernafasan, relaksasi otot progresif, teknik 'grounding', 'mindfulness', 'journaling', dan lain sebagainya.
Tetap bergerak
Psikolog klinis dewasa dari Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Nirmala Ika, M.Psi juga menyarankan untuk tetap bergerak demi menjaga kesehatan mental di masa pandemi Covid-19.
Menurut Ika, apabila memungkinkan, kita bisa sesekali melihat kondisi di luar rumah, misalnya di sore hari sambil tetap menerapkan protokol kesehatan. Cara ini sekaligus upaya tetap terkoneksi dengan orang-orang di sekitar dan melunturkan kesan berlebihan bahwa betapa menakutkannya dunia luar.
Dengan sesekali keluar dari rumah, lanjut dia, kita minimal menjadi tahu bahwa ada kehidupan di luar sana. Meski demikian, dia mengingatkan agar tetap bijak dan menjaga mobilitas yang perlu saja.
Apabila tinggal di apartemen atau rumah susun, Ika menyarankan untuk turun ke bawah sejenak sambil menerapkan prokes. Selain mental, tetap aktif bergerak atau bahkan berolahraga juga bagus untuk kesehatan fisik, di antaranya membuat tidur lebih nyenyak, meningkatkan suasana hati dan energi.
Beraktivitas di dalam rumah untuk menjaga kesehatan mental juga mungkin dilakukan. Kita bisa mendapatkannya dengan melakukan pekerjaan rumah tangga seperti membersihkan lemari, membersihkan debu, serta pastikan untuk tetap berolahraga di dalam rumah.
-
Peristiwa
Gagal Ginjal Akut pada Anak: Ada 324 Kasus, 102 Sembuh, 194 Meninggal, 28 Masih Dirawat
RedaksiSelasa, 8 November 2022 -
Gaya Hidup
Air Bersih dan Sanitasi Jadi Penyumbang Angka Masalah Stunting
RedaksiSelasa, 8 November 2022 -
Peristiwa
Sejak 18 Oktober Kasus Gangguan Ginjal Akut pada Anak Terus Menurun
RedaksiSenin, 7 November 2022 -
Gaya Hidup
Teknologi Makin Canggih, Midea Luncurkan Robot Pembantu Ibu Rumah Tangga
RedaksiSenin, 7 November 2022 -
Gaya Hidup
6 Bagian Tubuh Wanita yang Paling Menyedot Perhatian Pria, Apa Saja?
RedaksiMinggu, 6 November 2022 -
Gaya Hidup
10 Kebiasaan Buruk Cewek saat Pacaran yang Paling Bikin Kesal Cowok
RedaksiMinggu, 6 November 2022 -
-
-
Zodiak
Ekpekstasi Terlalu Tinggi, 3 Zodiak Ini Kerap Patah Hati
Vallesca SouisaJumat, 4 November 2022