Mengenang Narendra, Finalis KDI 1 yang Dijemput di Konser Pertama

Panditio Rayendra | 7 Oktober 2016 | 15:00 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Narendra KDI meninggal di Rumah Sakit Koja, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Kamis (6/10), pukul 14.00 WIB.

Sakit radang selaput otak disebut sebagai penyebab kematian pria 38 tahun itu. Narendra terjun ke industri hiburan lewat ajang cari bakat Kontes Dangdut TPI atau KDI 1 yang digelar pada tahun 2004. Narendra seangkatan dengan Siti dan Nassar.

Perjalanan Narendra di KDI sangat singkat. Di konser babak eliminasi perdana, Narendra sudah dijemput atau dieliminasi. Berikut liputan eliminasi Narendra yang pernah dimuat Tabloid Bintang Indonesia nomor 689, Minggu pertama Juli 2004.

***

TERHITUNG mulai Selasa malam (29/5) lalu, 14 peserta Kontes Dangdut TPI (KDI) mulai memasuki babak eliminasi. Korban pertama konser KDI ini adalah  Narendra, kontestan asal Jakarta. Sedang Siti kontestan Bandung malam itu untuk sementara bertengger diposisi puncak setelah menjadi pengumpul SMS terbanyak. Dengan terdepaknya Narendra maka kontestan dari tuan rumah, Jakarta berkurang satu.
Sebelum diumumkan siapa malam itu yang harus pulang, Narendra sudah punya firasat bakal tersisih duluan. "Entah kenapa saat  itu batin saya merasa nggak enak, dan perasaan malam itu inginnya pulang ke rumah saja," terangnya. Firasat bakal tersisih makin mendekati nyata takkala di atas panggung ia merasa  tak tampil maksimal. "Saat tampil terasa ada beban, walau saya sudah mencoba  menutupinya dengan berbagai gerak dilakukan, tapi ternyata tidak berhasil. Lagipula, dibanding  peserta yang lain, saya menilai kemampuan bernyanyi tergolong pas-pasan?" katanya merendah.

Narendra sedih lantaran dialah orang yang pertama mendapat kalungan selendang merah tanda dirinya di eliminasi. "Sedih banget, meski saya nggak nangis, tapi perasaan sangat bingung," tukasnya lagi. Meski tersisih, Narendra  menerima kenyataan  pahit itu dengan lapang dada. "Saya sadar dalam sebuah perlombaan atau kontes pasti ada yang menang dan ada pula yang kalah. Lagipula bisa masuk 2 besar mewakili Jakarta saja, saya bersyukur sekali, " jelasnya. Ia juga tak merasa kecil hati dan patah semangat untuk tetap bercita-cita menjadi penyanyi dangdut. "Saya akan terus berusaha belajar dan belajar ke depannya," tuturnya lirih.

Selama berada di Kampus KDI, Narendra  merasa mendapat banyak ilmu. "Selama 5 hari di Kampus KDI, cukup banyak yang saya dapatkan. Selain menambah banyak teman dari berbagai daerah. Saya diajarkan juga cara hidup yang lebih disiplin, bagaimana menghadpi kesulitan serta olah vokal dan koreografi," tuturnya lancar. Narendra berpesan pada teman-temannya yang masih tinggal 13 besar agar berjuang lebih keras lagi.
Malam itu ke-14 finalis rata-rata tampil maksimal baik dari tatanan busana yang dikenakan, make up-nya maupun vokal mereka.

Para penasehat yang terdiri dari; Anya Dwinov, Titiek Puspa dan Renold Panggabean, yang tak henti-hentinya memberikan pujian dan masukkan yang sangat berarti bagi para kontestan. Sebagai penampil pertama, adalah Rasmi kontestan dari (Medan)  membawakan lagu Kopi Dangdut. Disusul Aan Dwi (Surabaya) menembangkan lagu Sabu Sabu. Rivana (Semarang) dengan lagu Pria Idaman. Narendra (Jakarta), menyanyikan Rena. Siti (Bandung) dengan lagu Permohonan. Aidil (Yogyakarta) dengan lagu Pagar Makan Tanaman. Ika (Makassar) membawakan tembang Surga Dunia. Rosita (Surabaya) dengan lagu Awan Hitam. Armed (Semarang) dengan lagu Darah Muda. Eva (Yogyakarta) dengan lagu Tamu Malam Minggu. Nassar (Bandung) dengan lagu Gembala Cinta. Selfi (Jakarta) dengan lagu Seorang Biduan. Safarudin (Makassar) menyanyikan lagu Luka Di Dalam Dada dan Maya (Medan) dengan lagu Mandi Madu.

Setelah sederetan 14 kontestan tampil, tiba saat yang paling menegangkan, pengumuman siapa yang harus dieliminasi. Nama prosesi bagi kontestan yang  dieliminasi malam itu disebut penjemputan. Prosesi ini dilakukan penari Melly Zamri. Sebelum Melly mengalungkan selendang merah kepada kontestan yang mendapat SMS paling kecil, terlebih dulu mengelilingi para kontestan sambil berlenggak lenggok mengikuti hentak irama dangdut oleh musik pengiring Purwacaraka Big Band.

(SLAMET RIYADI / ray)

Penulis : Panditio Rayendra
Editor : Panditio Rayendra