Pembunuhan Pulomas, Kronologi Lengkap Kejadian dan Profil Korban sekaligus Pemilik Rumah

TEMPO | 28 Desember 2016 | 08:45 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Rumah dengan tiga lantai itu berada di kompleks permukiman elite, Pulomas Utara, Pulogadung, Jakarta Timur. Tembok setinggi 3 meter memagari pandangan rumah itu. Lahan parkir di dalam cukup untuk menampung empat mobil. Kondisinya kini disegel setelah polisi menyelidiki pembunuhan sadistis kemarin pagi. 

Pemilik rumah itu adalah Dodi Triono, 59 tahun. Ia dan anggota keluarganya menjadi korban pembunuhan, setelah hampir 19 jam dikurung dalam kamar mandi berukuran sempit. Ketua RW setempat, Gani, mengenang Dodi sebagai sosok yang ramah dan terbuka. Terlebih bagi penduduk di sekitar perumahan. “Dia itu ketua RT,” ujar Gani, Selasa 27 Desember 2016.

Menurut Gani, rumah yang dihuni Dodi merupakan hunian sementara. Itu karena Dodi dan keluarga besarnya tengah menyelesaikan renovasi rumah lamanya. Rumah Dodi berada di Kompleks Perumahan Pulomas Residence, tak jauh dari rumah yang ditempatinya saat pembunuhan. “Kondisi penyelesaiannya mungkin baru mencapai 80 persen,” kata Gani.

Tak banyak yang diketahui Gani ihwal latar belakang Dodi. Ia hanya mengenal Dodi sebagai pengusaha sukses yang bekerja di sebuah biro arsitek. Deretan mobil mewah terparkir di halaman rumahnya. Warga sekitar bahkan berseloroh bahwa Dodi merupakan ketua RT paling kaya se-Jakarta Timur. "Dia punya tiga Lamborghini,” katanya.

Di mata para sahabatnya, Dodi dikenal sebagai sosok yang menyenangkan. Alumnus Jurusan Arsitek Fakultas Teknik Universitas Indonesia itu banyak menangani proyek-proyek properti berskala besar. “Dia itu bergerak di bisnis properti. Yang saya tahu, dia pengusaha sukses,” ujar salah seorang teman kuliah Dodi, Sarjono, saat ditemui di rumah tersebut.

Sarjono mengaku baru bertemu dengan Dodi dalam cara reuni sesama alumni Jurusan Arsitek UI pada Jumat, 23 Desember 2016, di sebuah pusat belanja. Dodi, kata Sarjono, tak berbaur dengan rekan-rekannya. “Terakhir kemarin saat reuni di FX Sudirman, dia lebih banyak diam,” katanya.

Adik ipar Dodi, Dewi, membenarkan aktivitas Dodi sebagai pengusaha di bidang properti. Bahkan, menurut Dewi, Dodi baru saja memenangi tender proyek Gelora Bung Karno (GBK). "Dia pemimpin proyek di Senayan, tapi izinnya belum keluar," ujarnya. 

Dalam peristiwa ini, sebelas orang disekap di dalam kamar mandi berukuran 2x1 meter. Sebanyak enam orang di antaranya tewas, diduga karena kekurangan oksigen. Lima orang yang selamat menjalani perawatan di rumah sakit.

Kepala Kepolisian Daerah Metro Jaya Inspektur Jenderal Mochamad Iriawan mengatakan polisi masih menyelidiki kejadian tersebut dengan mempelajari rekaman closed circuit television (CCTV) dan keterangan para saksi. Rekaman tersebut bakal memandu polisi untuk mengetahui kronologi kejadian dan menelusuri jejak pelaku. Polisi menduga pelaku pembunuhan berjumlah tiga-empat orang. ”Tim masih melakukan penyelidikan,” ujarnya saat menyambangi lokasi kejadian kemarin.

Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Metro Jaya Komisaris Besar Raden Prabowo Argo Yuwono mengatakan peristiwa pembunuhan baru diketahui Selasa pagi, ketika Sheila -teman dari putri Dodi, Diona Arika Ananda Putri, datang ke rumah itu. Sheila datang ke situ karena sejak Senin sore, Diona tak kunjung merespons sambungan telepon dan pesan instan untuk membicarakan rencana pergi bersama. Saat berada di depan pagar rumah, tak satu pun penghuni yang menyahut salamnya. Sheila lantas berinisiatif masuk rumah karena kondisi pagar rumah dan pintu tak terkunci. 

Ketika berada di dalam rumah tersebut, Shiela mendengar suara rintihan dari dalam kamar mandi. Suara itu membuatnya takut. Sheila lalu lari keluar rumah untuk meminta bantuan petugas keamanan dan kepolisian setempat. Polisi yang datang tak lama setelah menerima laporan itu mengecek kondisi kamar mandi dengan cara mendobrak pintu. “Setelah dibuka, ada 11 orang di dalam kamar mandi,” kata Argo.

Enam korban tewas tersebut adalah Dodi Triono, 59 tahun, Diona Arika Ananda Putri (16), Dianita Gemma Dzalfayla (9), Amel (9)--teman Dianita, serta Yanto dan Tasrok--sopir Dodi. Sedangkan lima korban yang masih hidup adalah Emi, Zanette Kalila, Santi, dan dua asisten rumah tangga bernama Fitriani dan Windy. Seluruh jasad korban kini berada di Rumah Sakit Polri Kramat Jati untuk keperluan visum dan autopsi. 

Polisi belum bisa menentukan motif yang melatari pembunuhan tersebut. Dugaan perampokan juga belum bisa dipastikan karena tak ada barang yang dibawa para pelaku dari dalam rumah. Penyelidikan kasus baru akan tuntas setelah polisi menggali keterangan dari para korban yang masih selamat. 

Dugaan waktu pembunuhan dijelaskan Rosi, ibu kandung Amel. Menurut dia, penyekapan itu terjadi tak lama setelah ia berkomunikasi dengan anaknya pada Senin siang. Selepas pukul 14.00, Rosi berusaha menghubungi kembali anaknya. Tapi telepon selulernya sejak itu tak bisa lagi dihubungi. “Sorenya saya menghubungi anak saya, enggak bisa," kata Rosi sambil menangis lemas.

 

TEMPO.CO

 

Penulis : TEMPO
Editor : TEMPO