Cara Mencegah Diri Melakukan "Insta Lie"

Wida Kriswanti | 11 Maret 2017 | 17:00 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Secara sederhana Insta lie bisa kita maknai sebagai kebohongan di Instagram. Secara lebih luas, kebohongan di media sosial. Tidak hanya dalam bentuk status yang ditulis, tapi juga foto dan video yang diunggah.  

Psikolog klinis dewasa Anna Margaretha Dauhan menjelaskan, terjadinya fenomena Insta lie, tidak lain karena adanya dorongan pada kebanyakan orang untuk dipersepsi positif dan diterima oleh orang lain.

“Untuk beberapa orang, kebutuhan yang mendasari juga bisa saja kebutuhan untuk diakui atau dihargai orang lain,” kata Anna. “Dalam beberapa kasus, hal ini juga didasari oleh perasaan 'I am not good enough', sehingga perlu menampilkan hal yang berbeda dari kenyataan yang sebenarnya,” lanjutnya.

Di balik kesibukan kita mengurusi akun orang lain yang terasa fake, Anna justru mengajak kita untuk menjaga diri agar tidak ikut-ikutan menjadi pelaku Insta lie. Tetap punya akun media sosial, namun lebih real dan manusiawi. Kiatnya seperti diuraikan Anna berikut ini. 

- Supaya tidak fake, penting bagi seseorang untuk menemukan kebahagiaan atau kegembiraan yang real dan otentik. Misalnya, menciptakan hubungan yang nyata dengan teman dalam interaksi sehari-hari (bukan melalui media sosial) lebih memberikan kepuasan batin dibandingkan sekadar mengunggah foto sedang beramai-ramai dengan teman, namun tanpa interaksi yang berarti.

- Menerima bahwa hidup kita tidak selalu sempurna dan tidak selalu seindah yang seringkali terlihat di media sosial.

- Menyadari bahwa foto-foto di media sosial juga merupakan rekaan dan belum tentu mencerminkan kondisi sebenarnya. Hal ini akan membantu kita untuk menetralisir perasaan bahwa diri kita kurang oke, karena tidak bisa mencapai atau memiliki hal-hal yang ditampilkan di media sosial.

Menelusuri apakah memang keinginan untuk selalu menampilkan hal yang positif di media sosial, bahkan jika hal tersebut palsu atau tidak mencerminkan kondisi yang sebenarnya didorong oleh perasaan I am not good enough.

Apabila hal ini terjadi, penting bagi individu tersebut untuk belajar menerima dan mencintai dirinya sendiri yang bisa dimulai dengan menerima kekurangan dan kelebihan diri. Dengan demikian, dorongan untuk menampilkan pencitraan yang positif tapi palsu di media sosial diharapkan bisa berkurang. 

 

(wida/gur)

 

Penulis : Wida Kriswanti
Editor : Wida Kriswanti