Bagaimana Hollywood Mengatasi Kerugian di Box Office?

Ade Irwansyah | 27 Desember 2013 | 20:46 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - ANDA mungkin sudah pernah dengar kutipan yang mahsyur dari filsuf George Santayana: "Mereka yang tak pernah belajar dari sejarah, dikutuk untuk mengulang kesalahan masa lalu."

Di Hollywood, sepertinya sejarah tiga puluh tahun lalu tengah berulang. Tahun 1983, seorang penulis skenario jempolan Hollywood masa itu William Goldman mengatakan bisnis perfilman Hollywood bak "petualangan bisnis di layar perak." Kala itu, tahun 1983, bisnis film Hollywood sedang diterpa krisis setelah serangkaian film rilisan studio-studio sana flop alias tak laku. Yang paling dikenang dari masa itu terutama adalah film Heaven's Gate, sebuah film western yang dirilis tahun sebelumnya dan menghabiskan bujet AS$ 44 juta (angka yang sangat besar waktu itu), diemohi penonton dan akibatnya membuat studio pembuatnya, United Artists, limbung.

Goldman lalu menyimpulkan, di industri perfilman, "tak seorang pun tahu apa sebuah film bakal laku atau merugi."

Tiga puluh tahun berlalu, kita bertemu dengan The Lone Ranger yang membuat Disney, studio pembuatnya, merugi. Film yang dibintangi Johnny Depp itu dbuat dengan bujet kolosal AS$ 215 juta dan dari peredarannya di Amerika hanya meraih AS$ 89,3 juta. (Disney hanya dapat dikatakan impas setelah tertolong berkat peredaran di luar negeri yang menyumbang AS$ 171,2 juta hingga total pendapatannya jadi AS$ 260,5 juta.)

Sekarang, studio menganggap untuk mendatangkan penonton ke bioskop, mereka harus membuat film yang WAH (dengan huruf kapital semua), yang dampaknya bujet pembuatan film bisa membengkak hingga AS$ 300 juta ditambah ongkos marketing dan promosi AS$ 100-150 juta. Tahun lalu, Disney juga merugi akibat film mega-bujet mereka Johnny Carter flop. Kerugian yang diakibatkan kegagalan itu sampai AS$ 160 juta. Buntutnya, bos studio Disney, Rich Ross dipecat.

Sudah sejak 10 tahun terakhir, Hollywood menghabiskan uang mereka untuk membuat sekuel, prekuel, atau melanjutkan film-film franchise yang mengandalkan formula sama demi meminimalkan risiko film gagal. Walau dengan begitu Hollywood dicap tak kreatif, hal ini harap dimaklumi. Dikutip majalah Economist, edisi 21 Desember lalu, Steven Spielberg pernah bilang studio bisa bankrut jika beberapa film besar mereka flop.

Lalu bagaimana studio Hollywood mengatasi risiko kerugian yang mungkin mereka alami sewaktu-waktu?

Dikatakan Economist, Hollywood mengalokasikan ongkos produksi film yang sudah mereka anggarkan untuk pos marketing. Studio juga kini bergantung pada orang luar untuk ikut membiayai film mereka. Di sini, studio kelas menengah yang tak punya jaringan distribusi seperti Village Roadshow Group dan Skydance ikut patungan membiayai film.

Tiga puluh tahun lalu Hollywood mengandalkan film bagi penonton usia 16-24 tahun. Sekarang, kata Economist, orang-orang di usia itu lebih dikuasai telepon genggam mereka. Kemudian, Hollywood lebih fokus membuat film yang bakal laku di penjualan DVD. Namun, puncak penjualan DVD terjadi tahun 2004 saat penghasilan studio 48 persen-nya berasal dari situ. Rekor itu tak pernah terjadi lagi. Penjualan DVD kini sudah tinggal setengahnya.

Oleh karena itu, kata Economist, Hollywood kini lebih mengutamakan penjualan tiket mereka pada pecinta film di negara-negara yang ekonominya tengah bangkit, terutama China, yang sekarang adalah pasar film terbesar kedua di dunia.

Hukum dasarnya sekarang: jika sebuah film bisa menjangkau masyarakat sejauh mungkin dari Hollywood, itu lebih baik. Ini artinya, Hollywood akan kian mengurangi unsur-unsur Amerikanisme di film-film mereka. "Film-film besar Hollywood sekarang tak lagi memiliki ideologi nasionalisme yang melekat pada film tersebut," kata Michael Lynton, bos Sony Pictures dikutip Economist. Majalah itu memberi contoh film franchise animasi Ice Age yang totalnya sudah mengumpulkan AS$ 800 juta. Film berlatar zaman es itu tak diberi keterangan tempat atau waktu yang pasti, hingga mudah disulih-suarakan oleh bahasa lokal manapun maupun bisa dekat dengan masyarakat mana saja.

Tengok pula daftar 10 film Hollywood terlaris di seluruh dunia tahun ini. Selain tujuh di antaranya adalah sekuel, prekuel, atau francchise, semuanya film pop corn yang tidak khas Amerika. Iron Man 3, Despicable Me 2, Fast & Furious 6?dan yang lainnya adalah film-film yang mudah digemari masyarakat manapun. Film western yang Amerika sekali macam The Lone Ranger, walau dibintangi Johnny Depp, harus rela berada di urutan 29 daftar film terlaris seluruh dunia tahun ini.

Well, agar tak merugi Hollywood dituntut beradapatasi dengan keadaan. Mau bagaimana lagi.***

10 Film Terlaris Hollywood di Dunia Tahun 2013*

No Judul Film Total Pendapatan Amerika % Luar Amerika %
1 Iron Man 3 $1.215,4 $409,0 33,7 $806.4 66,3
2 Despicable Me 2 $918,6 $367,6 40,0 $551,0 60,0
3 Fast & Furious 6 $788,7 $238,7 30,3 $550,0 69,7
4 The Hunger Games: Catching Fire $771,5 $377.9 49,0 $393,6 51,0
5 Monsters University $743,6 $268,5 36,1 $475,1 63,9
6 Man of Steel $662,8 $291.0 43.9 $371,8 56,1
7 Gravity WB $652,4 $253,7 38,9 $398,7 61,1
8 Thor: The Dark World $627,9 $201,6 32,1 $426,3 67,9
9 The Croods $587,2 $187,2 31,9 $400,0 68,1
10 World War Z $540,0 $202,4 37,5 $337.6 62,5

* sumber boxofficemojo, data dalam juta dollar AS.

(ade/ade)

Penulis : Ade Irwansyah
Editor : Ade Irwansyah