2014: Presiden dan Tuan yang Empunya Cincin

Wayan Diananto | 7 Maret 2015 | 06:31 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Perhatian: resensi ini ditulis tidak untuk menyinggung siapa pun. Mohon jangan terlalu sensitif. Kepada Presiden yang lamban mengambil keputusan dan sekalinya mengambil keputusan terasa kurang tegas, kita bertanya: siapa di atas Presiden? Kepada film yang tanggal edarnya digantung hingga 1,5 tahun, kita pun bertanya: siapa di atas produser film dan pengelola jaringan bioskop?

Omong-omong soal siapa di atas siapa memang sensitif. Kalau malas berkaca pada berita politik sebulan terakhir, paling tidak, Anda bisa berkaca pada kasus calon presiden Bagas Notolegowo (Ray) yang masuk ke apartemen dan mendapati Kepala Departemen Keuangan, Ramadhan Hasyim, tergeletak tak bernyawa di lantai. Beberapa detik kemudian, polisi datang. Bagas diciduk.
    
Ricky Notolegowo (Rizky) yakin ayahnya tidak bersalah. Ia menemui pengacara yang aktif di kampus, Krishna Dorojatun (Donny) untuk minta bantuan. Polisi menduga kasus ini peluru politik capres lain untuk menjatuhkan Bagas. Sementara itu, Iptu Astri (Atiqah) yang menjaga keluarga Bagas terancam dicopot. Di sisi lain diam-diam, lawan politik Bagas, Faisal (Rudy) menemui Presiden.
    
Drama adalah ibu segala genre film. Thriller politik bisa jadi anak kandung drama yang paling jarang disinggung. Maklum, di negeri yang konon menjunjung kebebasan beropini dan berkreasi, yang paling sulit didapat justru kebebasan itu sendiri. Selain itu, nyali para pekerja seni buat bersuara melalui karya masih ciut. Kalaupun bikin drama politik, politiknya jadi ornamen. Kisah cinta politikus yang diumbar.
    
2014 adalah langkah nyata dari apa yang disebut keberanian beropini. Hanung sedang "kumat". Ia menjadikan 2014 papan catur. Dua calon raja bersitegang, sementara raja yang sesungguhnya tampak tenang. Tangan sang raja digerakkan tangan lain yang digambarkan memakai cincin. Ini drama langka dengan naskah gagah berani. Ralat. Naskah gagah (saja). Ia memotret raut politik dengan gaya gloomy. Potret krisis tergambar baik. Kita merasakan kegentingan. 
    
Genting itu didapatkan dari paduan kemelut yang memantik cemas dan gemas. Cemas, karena tokoh yang diharapkan terjebak. Gemas karena tokoh penyelamat lainnya terancam. Diperkuat akting mumpuni dari para aktor senior. Ditambah effort generasi muda macam Atiqah, Rio, Rizky, dan Maudy. Film ini berhasil membuat penonton cemas serta gemas. Kejar-kejaran antara motor yang ditunggangi penembak gelap dengan mobil Krishna, salah satu yang membuat kami nyaris "gila" di dalam bioskop.
    
"Kok naskah gagah berani diralat jadi naskah gagah saja?" tanya teman kami sehari setelah menonton. Tumben pertanyaan teman kami ini bermutu. Begini, tagline film ini: "Siapa di atas Presiden?" Kita melihat sosoknya di film ini. Tampaknya, 2014 belum berani mengungkap siapa dia dan apa motifnya. Lantas siapa di atas produser dan pemilik jaringan sinepleks yang membuat film ini mengalami tunda tayang 1,5 tahun? Kasih tahu enggak, ya?

Pemain    : Ray Sahetapy, Rizky Nazar, Donny Damara, Rudy Salam, Atiqah Hasiholan, 
Produser    : Celerina Judisari, Hanung Bramantyo
Sutradara    : Rahabi Mandra, Hanung Bramantyo
Penulis        : Rahabi Mandra
Produksi    : Mahaka Pictures, Dapur Film Production 
Durasi        : 110 menit

(wyn/adm) 
 

Penulis : Wayan Diananto
Editor : Wayan Diananto