Meragukan Data Rating Nielsen, KPI Ingin Indonesia Punya Lembaga Rating Sendiri

Abdul Rahman Syaukani | 17 Maret 2018 | 12:15 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Selain mengkritik artis alay dan program TV yang dianggap tidak layak ditonton, Deddy Corbuzier juga gelisah dengan rating TV yang disajikan Nielsen. Hal itu sebenarnya juga dirasakan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI).

KPI mengatakan pihaknya tidak bisa memberikan penilaian terhadap data rating yang disajikan Nielsen. Sebab mereka tidak tahu metodologi yang digunakan Nielsen.

Namun yang pasti KPI masih meragukan data yang disuguhkan Nielsen dapat mencerminkan penonton Indonesia karena hanya mengukur di 11 kota. Sementara Indonesia secara geografis sangat luas, membentang dari Sabang sampai Merauke mencakup 34 Provinsi dan ratusan kebupaten/kota.

"KPI nyatakan rating ini kan dikuasai oleh suatu lembaga rating namanya Nielsen kan, yang dikategorikam milik asing. Itu yang coba kami pahami," kata Yuliandre Darwis selaku Ketua KPI melalui sambungan telepon.

Dalam pertemuan KPI dengan 12 rektor perguruan tinggi yang juga ada Deddy Ckrbuzier ketika itu, mereka sepakat Indonesia mempunyai lembaga rating sendiri supaya dapat lebih detail menilai penonton TV.

"Iya (ada dorongan bikin lembaga rating). Seperti di Perancis itu asosiasi televisinya berkumpul kemudian membuat lembaga namanya media riset, yang mengukur setiap penonton televisi dan pendengar radio," kata Yuliandre Darwis. 

"Nah ini kan menarik sebenarnya. Di Indonesia enggak ada. Yang ada malah Nielsen yang perusahaan asing. Apakah benar rating ini yang disukai oleh masyarakat Indonesia, kita tidak tahu," imbuhnya.

KPI masih akan melakukan kajian mendalam terkait kemungkinan Indonesia membuat lembaga rating sendiri. KPI menegaskan pihaknya akan mendorong pemerintah melalui Direktorat Penyiaran Kominfo untuk mewujudkannya.

Penulis : Abdul Rahman Syaukani
Editor : Abdul Rahman Syaukani