Memiliki Privilege Sejak Kecil Tak Jamin Kesuksesan Saat Dewasa, Kok Bisa?

Alam Mary | 8 November 2023 | 17:00 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Saat melihat kesuksesan seseorang, kebanyakan orang akan mengulik soal privilege yang dimiliki oleh individu bersangkutan. Jika ditemukan fakta-fakta perihal jabatan orang tuanya, kekayaan yang dimiliki, atau keturunan siapa, tak terkecuali daya tarik fisik dan lain-lain, maka privilege akan dicap sebagai kunci utama kesuksesan.

Privilege atau sederhananya dimaknai sebagai hak istimewa, yaitu hak yang hanya dimiliki segelintir orang karena faktor-faktor tertentu seperti yang disebutkan sebelumnya di atas. Bentuk-bentuk privilege, misalnya kebebasan memilih sekolah terbaik atau terbagus, bisa mendapatkan kesempatan lebih banyak karena koneksinya luas, memiliki rasa percaya diri tinggi karena sudah terbiasa dengan pergaulan kelas atas, dan sebagainya.

Namun benarkah kenyataannya selalu demikian? Dilansir dari Psychology Today, mereka yang memiliki privilege sejak kecil tak otomatis sukses saat dewasa. Tetap ada faktor-faktor tertentu yang harus dimiliki setiap orang yang ingin sukses, lebih dari sekadar privilege. Dan ini menjadi catatan penting bagi setiap orang tua yang kebetulan bisa memberikan privilege untuk anak-anaknya. Karena mereka yang memiliki privilege banyak yang gagal total di usia dewasanya akibat kepemilikan privilege itu sendiri. Istilahnya, senjata makan tuan ketika privilege tidak diimbangi dengan pembiasaan mental dan kecakapan lain yang dibutuhkan.

Lantas mengapa privilege bisa menjadi bumerang? Berikut ini 3 hal negatif yang terbentuk dari sebuah privilege yang dapat menghantarkan seseorang kepada ketidaksuksesan.

1. Kurang mampu bertahan dan bangkit dari kesulitan

Terbiasa hidup serba mudah sejak kanak-kanak membuat orang-orang dengan privilege tidak siap menghadapi kegagalan. Mereka bahkan nyaris tidak mempercayainya. Dan alih-alih berusaha mencari solusi dengan gagah berani, mereka malah cenderung mencari-cari kesalahan dari pihak lain. Permasalahan pun hampir selalu tidak terselesaikan. Mereka justru akan mencoba hal baru lagi dengan tidak belajar dari kesalahan. 

2. Selalu merasa harus diperlakukan khusus dan tidak realistis

Terbiasa diistimewakan orang tuanya, mereka biasanya cenderung menuntut orang-orang di sekitarnya juga untuk memperlakukan dengan istimewa. Dan ini akan menghambat proses kerja sama dengan pihak lain dalam tujuan meraih kesuksesan. Selain itu, orang-orang dengan privilege sering tidak realistis, setidaknya di mata orang kebanyakan. Kembali lagi, karena mereka terbiasa hidup dengan standarnya yang memang berbeda sejak kecil.

3. Kurang memiliki motivasi dan tujuan

Orang-orang dengan privilege hampir pasti tidak memulai usahanya dari titik 0. Segala sesuatunya hampir pasti sudah siap sebagai sistem pendukung yang kuat. Karena kurangnya rasa terdesak itulah, mereka cenderung merasa aman, main aman, dan tidak begitu peduli andai usaha yang sedang dilakukannya pun tidak baik-baik saja. Dan berbeda dengan orang yang kekurangan, tujuan mereka sukses pastilah demi memperbaiki perekonomian, menaikkan derajat sosial, dan lain-lain. Lantas apa motivasi dan tujuan orang-orang dengan privilasi saat mereka berusia dewasa? Salah-salah sekadar menghabiskan harta orang tua.

Penulis : Alam Mary
Editor : Alam Mary