Mengenal Kanker Payudara: Tentang Tingkah Laku Sel Kanker

Wayan Diananto | 11 Januari 2014 | 20:02 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - PADA stadium tiga kanker muncul kosakata "pemeriksaan histopatologi". Apa itu??

Pemeriksaan ?kondisi dan fungsi jaringan yang berhubungan dengan fungsi maupun penyakit, untuk menilik adakah gejala-gejala abnormal di dalamnya. "Itulah rangkaian pemeriksaan biopsi dengan mengambil sampel jaringan, lalu tim medis memeriksa seakan jaringan sampel masih hidup. Itulah yang nanti dijadikan pegangan tim dokter untuk memproyeksi perkembangan kanker payudara pasien," kata Dr. Drajat Ryanto Suardi, Sp. B(K) Onk.

Dari situ pula, terlacak banyak fakta medis, termasuk jenis kanker payudara yang diidap pasien. Menurut Drajat, ada dua tipe kanker payudara yang sering dijumpai di Indonesia yakni:

1. Invasive ductal carcinoma mammae. Kini disebut: invasive carcinoma not otherwise specified (NOS). Tipe ini menyerang saluran ASI atau ductus. "Tingkah laku kanker tipe ini lebih jahat tapi ia jarang sekali (kecuali pada stadium yang lanjut sekali) menginvasi payudara sebelahnya. Di Indonesia kasusnya sangat dominan. Mencapai 80 persen," Drajat menukas.?

2. Invasive lobular carcinoma. Yang diserang kanker payudara tipe ini ialah kelenjar susu berikut jaringan-jaringannya. "Kanker payudara tipe ini perilakunya lebih kalem. Tidak seagresif NOS. ?Perkembangannya pun lebih lamban. Tapi, ia menyerang jaringan payudara sebelahnya. Kedua tipe ini punya sifat dan modus 'kejahatan' berbeda. Tapi sama berbahayanya," imbuhnya.

Mencermati sifat atau perangai sel kanker, pengobatannya pun tidak bisa disamaratakan. Setelah pemeriksaan biopsi, barulah dokter menentukan kemoterapi jenis apa yang tepat untuk menganggulangi kanker.?

Pada kasus tertentu, pasien direkomendasikan untuk menjalani ?kemoterapi dulu baru menjalani terapi operatif. Ini disebut neoadjuvant chemotherapy. Tujuannya, mengecilkan kanker yang berukuran besar sehingga memudahkan operasi pengangkatan.?

"Kalau adjuvant chemotherapy, pasien menjalani operasi dulu. Dari situ bisa dibuktikan apa sel kanker sudah menyebar ke kelenjar getah bening. Kalau sudah, dokter harus berasumsi penyebarannya lebih dari itu. Sel itu yang harus 'dikejar' dengan terapi tambahan untuk memastikan pasien selamat dari ancaman kanker di kemudian hari," paparnya.

(wyn/adm)

Penulis : Wayan Diananto
Editor : Wayan Diananto