BINTANG PALING BERKILAU 2013: Reza Rahadian

Administrator | 10 November 2013 | 15:05 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - RATNA Hapsari dan suaminya, Indra Prabudi, dua di antara berjuta orang yang ikut mengantre di loket bioskop demi tiket Habibie & Ainun (H&A).

Pasangan muda yang bermukim di Jakarta Barat ini menyaksikan H&A dua kali pada 21 Desember 2012, di bioskop Studio XXI EX dan Blok M 21. "Yang saya lihat di film itu hanyalah Habibie dengan cinta yang begitu besar untuk istrinya," demikian Ratna mengenang film peraih Piala Jati Emas dari Akademi Film Indonesia tahun ini.

Tak terlihatnya Reza Rahadian (26) di mata Ratna, adalah manifestasi kerelaan seorang aktor untuk melebur ke dalam karakter yang dimainkan. H&A memperlihatkan kebesaran cinta pemimpin republik untuk istri sekaligus bukti paling autentik keagungan akting seorang aktor. Yang dipersembahkan Reza melalui film ini terbangun dari keberanian mengambil risiko dan kelegawaan menerima kritik.

Kritik terbesar datang dari Habibie. "Cara berbicara saya kepada Ibu Ainun tidak selembut itu!" begitu B.J. Habibie mengkritisi Reza. Kritik terlontar setelah Presiden ketiga Indonesia menonton teaser H&A di situs YouTube.

Beruntung, Reza bukan sosok yang antikritik. Baginya, kritik itu doping untuk berbuat lebih.

Bintang 3 Hati 2 Dunia 1 Cinta dan Perempuan Berkalung Sorban itu percaya, 99 persen kegagalan dialami orang-orang yang gemar berdalih.

Dan mayoritas keberhasilan diraih mereka yang berani mengambil risiko. Menerima skenario setebal 162 halaman seolah menempatkan Reza di meja judi. Pilihannya hanya dua, menghadapi untuk memenangkan atau mundur tanpa secuil upaya. Lebih baik kalah setelah berusaha keras daripada tidak mempunyai nyali untuk mencoba sama sekali. Ia mempertaruhkan reputasi keaktoran yang fondasinya diletakkan enam tahun lalu, demi naskah yang baru diterima delapan hari menjelang syuting.

"Anda tahu saya tidak pernah tidur bersama naskah. Skenario H&A yang pertama menemani saya menghabiskan malam-malam yang entah mengapa kala itu terasa panjang," ungkap Reza. Selama delapan hari, Reza mencari formula yang tepat untuk menampilkan Habibie di depan kamera.

Sampai akhirnya, gestur dan aksen itu didapat dari alam mimpi. Reza bermimpi sedang menyampaikan pidato kenegaraan, mempresentasikan pesawat terbang buatan Indonesia dengan logat seperti yang kita saksikan dalam film. Jam 3 dini hari, lawan main Aty Kanser di film Emak Ingin Naik Haji mencari alat rekam lalu merekam "pidato kenegaraan" untuk kali pertama.

"Belum pernah saya lihat upaya sekeras ini dari seorang aktor. Reza pilihan terbaik. Ia terlintas di pikiran saya atas dasar naluri. Ia terpilih melalui logika casting director atas dasar kompetensi. Itu diperlihatkan lewat rekaman yang membuat saya merinding," demikian Hanung Bramantyo berpendapat.

Kecerdasannya dalam berlakon, bukan hanya soal kerelaan hati untuk menanggalkan jati diri Reza Rahadian lalu memakai identitas baru sebagai B.J. Habibie. Melalui Reza (dan Bunga Citra Lestari tentunya), kita sadar cinta sejati bukanlah sesuatu yang mengada-ada. Cinta yang dimimpikan jutaan pasangan di seluruh dunia itu terasa dekat. Berada di sekitar kita ketika menonton H&A.

Itu bisa didapat jika dan hanya jika kita berkomitmen menjaga pernikahan bersama pasangan. Buktinya, Habibie (yang saat ini masih hidup) berhasil melakukannya. Jika sosok Habibie terlalu tua untuk didekatkan, Reza menjembatani selisih usia itu melalui film. Itu yang dirasakan Ratna bersama suami, dan ribuan pasangan muda yang menangisi cinta Habibie.

Dampak Habibie dalam hidup Ratna sebagai penonton sangat besar. Ia dan suami dikaruniai bayi kembar, laki-laki dan perempuan. Mereka dinamai Kenzo Bacharuddin El Habibie dan Vania Ainun El Habibie. Lalu Reza hadir, menyegarkan kembali ingatan mereka tentang cinta abadi itu. Semua mata tertuju pada film ini sejak akhir 2012 hingga pertengahan tahun ini. Reza adalah Habibie. Jika Anda ingin melihat cinta Habibie, lihatlah Reza dalam film ini.

Lekatnya Reza pada Habibie, kunci sukses H&A di panggung festival. Dalam malam puncak Festival Film Bandung Sabtu (15/6), Reza digelari Piala Pemeran Utama Pria Terpuji, menyingkirkan Vino G. Bastian (Madre), Agus Kuncoro Adi (Gending Sriwijaya), Tio Pakusadewo (Rayya: Cahaya Di Atas Cahaya), dan Adipati Dolken lewat Sang Martir. Nama yang sama meraih Piala Layar Emas Pemeran Utama Pria Terfavorit di Indonesian Movie Awards 2013.

Dengan didaftarkannya H&A di Festival Film Indonesia tahun ini, hampir dapat dipastikan Reza menjadi nomine Pemeran Utama Pria Terbaik lalu menggenggam Piala Citra ketiga. Dan jika ini terjadi, Reza akan dianggap Daniel Day-Lewis atau Jack Nicholson-nya Indonesia. Tetapi seandainya tidak, bukan persoalan besar bagi Reza.

Toh, ia sudah memenangkan hati 4,482 juta penonton. Pencapaian itu tidak bisa "dikuruskan" dengan piala yang disalut emas sekalipun.

(wyn/adm)

Penulis : Administrator
Editor : Administrator