Bila Dokternya Setampan dan Sekekar Rizal Al Idrus
TABLOIDBINTANG.COM - SEBULAN lalu, pasien perempuan berumur 16 tahun dirawat intensif di Rumah Sakit Dokter Wahidin Soediro Hoesodo, Makassar.
Ia menderita decubitus ulcer, kerusakan jaringan karena kompresi jaringan lunak di atas tulang yang menonjol (bony prominence). Kompresi ini menyebabkan gangguan suplai darah pada tubuh yang tertekan. Tiga kali seminggu, si pasien menjalani penggantian perban.
Suatu hari, ia menolak ganti perban. Melalui orang tuanya, ia menyampaikan alasan penolakan, yakni dokter yang mengganti perban bukan dokter Rizal Al Idrus (26). Aksi tolak dokter ini membuat tim medis pusing. Pasalnya pada hari itu, bukan giliran Rizal yang berjaga.
"Hanya mau diganti perbannya oleh saya. Padahal pada hari itu bukan jadwal saya ke rumah sakit. Sebelumnya memang saya yang menangani. Pada pergantian ketiga, dokter lain yang menangani. Ia ngotot menunggu saya datang," kenang bintang sinetron Berbagi Cinta dan film Bangkit dari Lumpur ini.
Rizal serbasalah. Tidak memenuhi permintaan pasien berdampak pada terhambatnya proses penyembuhan. Mengganti perban pasien berujung pada teguran dokter kepala.
"Dalam peraturan kedokteran, jika bukan tugasnya, tidak boleh diambil alih. Karena jika terjadi sesuatu yang buruk terhadap pasien, yang dituntut pertanggungjawaban adalah dokter yang semestinya bertugas. Bukan saya," akunya. Rizal memilih ditegur, demi mempercepat penyembuhan pasien. Rizal Al Idrus, dokter yang kebetulan menjadi artis. Bukan artis yang kebetulan menjadi dokter.
Menerapkan pola hidup sehat
Dokter profesi yang diimpikannya sejak kecil. Berada di depan kamera, hasrat yang dirasakannya kini. Putra pasangan (almarhum) Abbas Al Idrus dan Zaenab Al Hasni enggan jika harus memilih satu di antara dua. Ia sudah membuat keputusan. Porsi akting 30 persen dan dokter 70 persen. Rizal memilih job yang tidak terlalu banyak menyita waktu. Presenting dan akting, dua bidang yang disasarnya.
Sinetron harian tampaknya tidak dijadikan pilihan dalam waktu dekat. Aktor kelahiran 17 Maret ini berencana akan kuliah lagi di bidang anti-aging dan estetika di Bandung. Baginya, dokter dan aktor memiliki kesamaan. Sama-sama penting. Dan sama-sama menuntutnya sehat. Rizal menolak tudingan tubuh atletis dijadikan modal untuk mencari perhatian pemirsa dan pasien. Baginya, badan sehat adalah keharusan bagi tenaga medis. Dokter itu inspirator hidup sehat. Termasuk Rizal di dalamnya.
"Bagaimana pasien termotivasi mengatur pola makan, kalau dokternya makan ugal-ugalan dan badannya overweight. Tubuh proporsional bukan semata untuk kepentingan kamera. Ada yang lebih penting daripada itu," urainya.
Hidup sehat ala Rizal salah satunya dengan mengonsumsi kacang-kacangan. Kacang kaya akan protein. Termasuk kedelai yang diolah menjadi tahu tempe. Rizal menyantap tempe tiga potong sebelum makan siang atau makan malam.
"Setelah itu, barulah saya menyantap nasi ayam bakar misalnya. Setelah makan tiga tempe saya tidak bisa menghabiskan satu porsi nasi ayam. Sudah kenyang protein. Protein berfungsi memperbaiki sel tubuh yang rusak, mempercepat proses pemulihan selama sakit, dan meningkatkan daya tahan. Itu siasat saya. Makan malam paling lambat dua-tiga jam sebelum tidur untuk memberi kesempatan tubuh mencerna asupan. Untuk sarapan, saya pilih susu protein, omega 3, dan squalene," pungkasnya.
Wah, kalau dokternya setampan Rizal, pasien betah dirawat intensif, nih!
(wyn/adm)