MSG Berbahaya Bagi Kesehatan? Ini kata Pakar
TABLOIDBINTANG.COM - Penggunaan Monosodium Glutamat alias MSG atau bumbu penyedap pada makanan hingga kini masih menjadi perdebatan di kalangan awam. Ada yang menyebut MSG tidak baik untuk kesehatan sampai bikin bodoh. Tak sedikit yang waswas dan memilih tidak menggunakan MSG saat mengolah makanan. Pakar Gizi Prof. Dr. M. Hardinsyah. M.S, menjelaskan, yang tidak menggunakan sama sekali bisa jadi memang sensitif terhadap MSG. Dengan kata lain, alergi.
"Ada yang alergi, pusing, setelah beberapa saat rasa pusingnya hilang. Ini sama seperti orang alergi telur, sekalinya makan telur ia bisulan. Solusinya jangan makan telur. Ada juga orang makan udang, habis itu kulitnya gatal-gatal. Kalau Anda tidak bisa makan udang, cobalah makan ikan lain. Saat alergi atau sensitif terhadap bahan makanan tertentu itu artinya sistem imun Anda memang unik," beri tahu Hardinsyah kepada tabloidbintang.com di Jakarta, Selasa (19/6) kemarin.
Kecemasan lain dipicu oleh asumsi yang menyebut menambahkan MSG di dalam makanan sama artinya meningkatkan kadar glutamat dalam darah? Terkait ini, sebuah penelitian klinis di Thailand membandingkan 10 wanita yang mengonsumsi MSG dengan 10 wanita yang tidak mengonsumsi MSG. Fluktuasi asam amino dalam darah mereka kemudian diamati. Hasilnya, antara pengguna dan bukan pengguna MSG tidak berbeda. Lantas mengapa isu MSG dan kesehatan terus berkembang?
Hardinsyah menyebut saat ini masyarakat terbagi dua, yakni yang bisa menerima dan belum bisa menerima MSG bukan benda asing bagi tubuh. "Bahwa ada yang sensitif terhadap MSG, kita tidak bisa menepis. Di sisi lain produsen memperkenalkan rasa umami yang terdiri tiga zat gizi: glutamat, natrium, dan air. Sama halnya dengan MSG, penyedap rasa ini tidak berbahaya bagi tubuh manusia. Dikomsumsi hingga 5 gram pun tak berpengaruh terhadap kesehatan," Hardinsyah menyambung.
Ia menyampaikan ini dalam gelar wicara bertajuk "Gizi Seimbang dari Bahan Tambahan Pangan Halal" yang digelar Forum Warta Pena dan Persatuan Pabrik Monosodium Glutamate dan Glutamic Acid Indonesia. Menguatkan pendapat Hardinsyah, Pelaksana Tugas (Plt) Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan BPOM RI, Tetty R. Sihombing, menyebut saat ini pihaknya telah menerbitkan nomor izin edar untuk 153 produk penguat rasa. Belum tentu nomor izin edar ini langsung dibuat produknya.
"Dari yang 153 itu, 139 di antaranya produk dalam negeri. Semua produk yang beredar di pasar harus ada nomor izin edar. Jika tidak punya maka itu produk ilegal. Untuk mengeceknya, Anda bisa mencocokkan nomor izin edar di situs resmi kami atau memindai kode batang pada kemasan produk di aplikasi resmi kami. Cek apakah kode batangnya masih berlaku atau tidak. Anda sebagai konsumen harus kritis," Tetty mengimbau.
Salah satu produk makanan yang akrab dengan MSG adalah mi instan. Tetty mengulas, mi instan memang diizinkan mengandung MSG. "Saat diproduksi, kami mengecek bahan bakunya termasuk mi dan MSG-nya. Mereka harus memakai bahan baku yang tepat dan benar. Pada waktu kami memberikan nomor izin edar, kami mendatangi pabrik untuk memantau proses produksi. Tentu kami tidak bisa setiap hari memantau. Kami meminta jaminan keamanan dari pihak produsen," pungkasnya.
(ray / ray)