Guru Besar Unair Sebut Bilik Disinfektan Aman, dengan Catatan...

redaksi | 8 April 2020 | 08:30 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Berbagai upaya dilakukan untuk mencegah penyebaran Corona atau Covid-19. Salah satunya keberadaan bilik disinfektan, yang mulai banyak dipasang di berbagai lokasi di Tanah Air. Namun keberadaan chamber room tak lepas dari pro dan kontra, setelah WHO menyatakan cairan disinfektan berbahaya untuk menusia. 

Guru Besar Universitas Airlangga, Prof. dr. Chairul Anwar Nidom, menilai bilik disinfektan bisa digunakan selama cairan yang digunakan memiliki komposisi yang benar. “Insya Allah aman untuk manusia, intinya aman asal campurannya benar,” kata Nidom yang juga Ketua Tim Riset Corona dan Formulasi Vaksin dari Professor Nidom Foundation (PNF).

Menurut dia, benzalkonium chloride yang terkandung dalam disinfektan itu masuk dalam golongan ammonium quartener, yang aman untuk manusia karena levelnya tingkat rendah. Meski benzalkonium chloride ini juga dimanfaatkan untuk penyemprotan kandang binatang, Nidom menyatakan dalam aturan umum disinfektan hal terebut tidak ada masalah digunakan untuk manusia.

“Tapi, yang terpenting adalah tujuannya untuk membunuh mikroorganisme. Nah, kebetulan mungkin banyak dipasarkan di wilayah peternakan, tapi itu tidak ada masalah. Insya Allah aman,” kata dia.

Hal sama juga dikatakan Ketua Departemen Farmasetika Fakultas Farmasi, Universitas Airlangga Surabaya, Retno Sari. Menurut dia, selama ini yang digunakan untuk penyemprotan di bilik sterilisasi atau bilik disinfeksi, adalah benzalkonium chloride. “Prinsipnya dia merupakan kelompok senyawa ammonium quarterner yang bersifat surfaktan,” kata Retno Sari.

Menurut dia, surfaktan artinya dia akan mempengaruhi permukaan. Biasanya kalau sabun itu termasuk surfaktan. Bahan aktif sabun itu termasuk surfaktan. “Artinya kalau kita mencuci tangan dengan sabun, itu bahan-bahan yang lemak protein itu akan berikatan kemudian dia akan terjadi menggumpal kemudian akan merusak,” kata Retno Sari.

Lebih lanjut Retno Sari menjelaskan bahwa virus merupakan makhluk hidup yang tidak ada dinding selnya namun ada lapisan proteinnya, sehingga kalau protein itu terkena bahan yang sifatnya mempengaruhi sifat permukaannya, maka dia akan menggumpal dan rusak. “Jadi bahan yang digunakan selama ini untuk bilik itu tentu saja dengan kadar yang aman. Kalau ada yang menyampaikan ada efek samping dan sebagainya semua bahan akan digunakan tidak sesuai dengan kadarnya itu pasti ada efek sampingnya,” ujar Retno Sari.

Untuk itu, Retno Sari kembali memastikan, bahwa kandungan yang ada di dalam cairan disinfektan, baik yang disemprot maupun yang terdapat di dalam bilik sterilisasi itu aman. Soal kekhawatiran masyarakat sekarang terkait hal itu, sudah tidak perlu diragukan lagi. “Bahwa cairan desinfeksi yang dipakai bilik chamber itu cukup aman dan sesuai dengan takarannya,” katanya.

Namun demikian, ia juga memaparkan, bahwa proses disinfeksi berbeda dengan sterilisasi. Jika sterilisasi, nilai mikrobanya harus benar-benar steril atau nol. Sedangkan disinfeksi, hanya menurunkan jumlah bakteri virus sampai dia tidak membahayakan kesehatan.

Meski bahan yang digunakan sama, baik yang di bilik sterilisasi maupun yang disemprot, namun ia juga tetap menganjurkan masyarakat untuk mandi dan cuci tangan jika sampai di rumah. “Dalam situasi seperti ini kan semua upaya dilakukan untuk meminimalisir risiko. Jadi pengendaliannya sudah ketat ya,” katanya.


 

Penulis : redaksi
Editor: redaksi
Berita Terkait