Patut Dipahami, PSBB Covid-19 Berdampak Pada Kontraksi Geliat Ekonomi
TABLOIDBINTANG.COM - Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang diterapkan Pemerintah sebagai respons terhadap pandemi Covid-19 rupanya berimbas pada geliat ekonomi. Negara lain juga merasakan efeknya. Perlambatan ekonomi pada triwulan kedua tahun 2020 terkait dengan deflasi yang melanda Tanah Air. Berdasarkan data Bappenas, Produk Domestik Bruto (PDB) pada triwulan kedua mengalami kontraksi sebesar -5,32 persen. Kabar baiknya bagi para pelaku usaha, pasar diproyeksi mengalami pemulihan ekonomi pada triwulan selanjutnya.
Ulasan ini disampaikan di webinar DBS eTalk Series bertajuk “DBS Macro Economic Insights: Recovering from Covid-19” yang digelar Kamis (15/10/2020). Beberapa faktor menentukan daya tahan dan kekuatan pemulihan ekonomi. “Penyempurnaan siklus perdagangan, fiskal berkelanjutan dan akomodasi moneter, koordinasi regional untuk membuka lagi pariwisata, misalnya akan jadi kunci untuk memastikan pemulihan yang berkelanjutan,” ungkap Managing Director and Chief Economist Group Research, DBS Bank, Dr. Taimur Baig.
Dalam kesempatan itu, Presiden Direktur PT Bank DBS Indonesia, Paulus Sutisna, menjelaskan, DBS Indonesia mengadakan eTalk Series ini secara rutin sejak April 2020. Ini salah satu upaya untuk tetap berinteraksi dengan nasabah di tengah pandemi sekaligus wujud komitmen memberi insight yang relevan terkait situasi ekonomi maupun pasar modal terkini. Tentu saja, dari kacamata global maupun Indonesia. Wawasan yang diberikan para Ekonom DBS diharapkan bisa menggali potensi peningkatan usaha, bisnis, dan pengembangan portofolio berbasis iklim investasi era baru.
“Hal ini sejalan dengan komitmen kami sebagai mitra terpercaya yang berusaha untuk menopang pengelolaan dan pengembangan kekayaan,” ujar Paulus. Dalam kesempatan itu, Vice President, Economics and Strategy Research, DBS Bank, Radhika Rao berpendapat, Indonesia masih akan menempuh proses panjang dalam pengelolaan pandemi, pemulihan kehidupan masyarakat, dan melihat beberapa faktor lain. “Faktor lain yang dimaksud, dampak pandemi terhadap ekonomi, pengelolaan dana bantuan, objektivitas Bank Indonesia, pasar keuangan, dan risiko lain,” urainya.